Alasan itulah yang membuat Aris tak berani mematok harga tinggi layaknya makanan lain yang dijajakan di food court.
”Cukup Rp 15.000 per porsi,” ucapnya tersenyum.
Memang ada beberapa versi tentang sebutan lontong balap. Aris menyebut, dulu para pedagang secara berombongan suka balapan rombong seusai berjualan.
Versi lain menyebut, para pedagang lontong berkuah bening ini suka saling pinjam alat memasak sehingga terkesan balapan jualan. Versi mana pun yang benar, barangkali tidak begitu penting.
Yang jelas dalam sepiring lontong kita bisa menemukan perpaduan cita rasa, yang boleh jadi balapan juga.... (Runik Sri Astuti)