TRIBUNNEWS.COM, PADANG PANJANG - Restoran Gumarang selalu menjadi tujuan utama warga Padang Panjang dan para pendatang.
Lokasinya di tengah-tengah pasar tradisional, membuatnya mudah dijangkau.
Sesungguhnya tujuan pertama-tama pengunjung bukan sekadar mencicipi menu-menu yang unik, tetapi sekaligus mengudap kenangan.
Di sini jejak-jejak Minang seperti mengkristal dalam mangkuk-mangkuk, wadah kudapan yang hampir selalu bergula dan bersantan.
Teh Taluah khas Minang. (kompas.com/David Aritonang)
Sebutlah menu paling favorit ampiang dadiah.
Ampiang tak lain adalah beras ketan merah yang dipipihkan, lalu dadiah berupa fermentasi susu kerbau menyerupai yogurt, yang disimpan dalam bumbung bambu.
Keduanya merupakan penganan khas daerah- daerah sekitar Padang Panjang, Bukittinggi, dan Tanah Datar.
”Tanpa mencicipi ampiang dadiah, belum ke Padang Panjang namanya,” tutur Tya Setiawati, pemukim asal Ciamis yang menetap di Padang Panjang sejak tahun 1999.
Ampiang dadiah disajikan dalam mangkuk dengan kuah santan dan gula merah.
Dadiah selalu dijadikan daya penarik dan oleh sebab itu selalu diletakkan pada bagian atas. Rasa dadiah tidak seasam yogurt.
Teksturnya yang lembut segera lumer kalau menyentuh lidah. Kecapan rasa asam yang samar segera ditimpa ampiang yang lembut.
Rasa itu kemudian diperkaya gula merah yang dicairkan. Ah, lengkap sudah, pagi jadi menyala....