Selain laksa benteng, tempat jajanan lain yang kerap diburu pengunjung adalah Asinan Lan Jin.
Kedai ini umurnya jauh lebih tua dari Laksa Benteng.
Lan Jin, sang pemilik, sudah menjajakan asinan keliling pasar lama sejak 1979 silam.
Tidak mengherankan, pelanggannya turun- temurun. Ketenaran Asinan Lan Jin terdengar hingga ke kota-kota di sekitar tangerang.
Kini, pengunjung Asinan Lan Jin tidak perlu repot mencari-cari gerobak yang dulu selalu didorong perempuan 62 tahun ini.
Cukup datangi saja kedai yang ada di beranda rumahnya, yang posisinya tak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio.
Jika berencana untuk pelesiran kuliner di pasar lama, taruh Asinan Lan Jin pada bagian akhir perjalanan.
Soalnya, kedai ini buka hingga jam enam sore.
Selain itu, Anda tidak bisa menyantap di tempat karena Lan Jin tidak menyediakan peralatan makan. Anda bisa pilih dua bumbu: kacang atau cuka.
Tapi, yang paling laku bumbu cuka. Ini jadi pembeda dengan asinan betawi, katanya.
Isi asinannya terdiri dari potongan tahu kuning, timun, tauge, wortel, sawi, lobak, sayur asin, dan kacang goreng.
Anda juga dibekali dua plastik kecil berisi bumbu cuka dan sambal cair.
Kalau ingin lebih ramai, ambil seplastik kerupuk kuning yang tergantung di gerobak. Sensasi segar langsung timbul ketika sesendok asinan mendarat di mulut.
Bumbu cuka yang asam, manis, dan pedas meruapkan aroma terasi saat meluncur di mulut.
Sayur mayur asinan buatan Lan Jin juga segar. Tak heran, aroma sayur yang wangi langsung memenuhi tenggorokan begitu dikunyah.
Untuk merasakan kerenyahan dan kesegaran asinan khas Tionghoa Benteng ini, Anda cukup merogoh kocek Rp 15.000 per porsi.
Kalau ingin tambah kerupuk, harganya Rp 9.000 satu plastik.