Menyulap tempat olahraga layaknya pasar serba guna.
“Saya bersama kawan-kawan menggelar lapak di Blang Padang dengan menawarkan segala sesuatu yang terbuat dari rajut. Bagi yang tertarik kami juga membuka kelas merajut, langsung belajar di tempat terbuka di sini,” ujar Nurlaili (29), warga Desa Lamcot, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Lili, demikian ia akrab disapa bersama perempuan sebayanya berbaur dengan penjual lain yang berjajar rapi menggelar lapak meramaikan Minggu pagi nan cerah.
Keramahan yang terpancar dari aura para dara itu sehangat matahari pagi yang menyapa.
Blang Padang kerab menjadi lokasi seremoial mulai upacara, karnaval, festival, dan even-even lain.
Tak heran jika manusia tumpah ruah ke tempat itu.
Sepanjang jalan setapak menuju tribun utama para pedagang ramai berceloteh.
Suara mereka timbul tenggelam bersama alunan musik yang berdentam melalui pengeras suara.
Jika pun bukan pada hari Minggu, pedagang makanan dan minuman tak pernah absen.
Aneka jajanan tradisional hingga western siap mengisi perut mereka yang keroncongan usai berolahraga.
Minuman segar pelepas dahaga pun selalu tersedia untuk yang sekedar ingin melepas penat.
Masyarakat yang berdiam di ibu kota provinsi Aceh itu sempat dibuat tersentak dengan temuan adanya bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam jajanan tersebut pada 2014.
Sidak yang dipawangi langsung oleh wali kota setempat serta Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) mengindikasikan keberadaan pedagang nakal.
Padahal setiap konsumen berhak untuk makanan yang sehat dan higienis.