Bila pengembangan wisata berjalan, masyarakat berpeluang memanfaatkannya untuk mencari nafkah.
Karena bisa bekerja di bidang wisata, baik sebagai pemandu (guide), berdagang aneka makanan dan sauvenir, hingga bekerja di hotel atau penginapan yang di destinasikan untuk mendukung pengembangan wisata.
"Potensi wisata di Lahat memang luar biasa. Tapi pengembangannya butuh waktu serta keseriusan semua pihak terutama pemerintah. Namun efeknya akan terasa, terutama ekonomi kerakyatan dan pendapatan daerah," ujar Mario Andramartik (48), pemerhati budaya dan pariwisata Kabupaten Lahat.
Aktivitas kunjungan yang terus bertambah membuat penduduk di sekitar Curup Maung merasa memiliki harapan untuk berkembang.
Mereka sempat terkejut, potensi alam yang biasa mereka lihat selama ini menyedot perhatian banyak orang.
Peluang menambah penghasilan pun berada di depan mata.
Mereka yang selama ini hanya sibuk mengurus kebun kopi, kini memiliki penghasilan tambahan dari hasil membuat fasilitas sederhana di lokasi wisata.
Ada yang membuat tangga, mendirikan pondok yang bisa dijadikan tempat mengganti pakaian hingga berjualan makanan dan minuman.
"Lahat sebenarnya bisa menjadi tujuan wisata, kalau mau mengembangkan semua aset wisata yang dimiliki. Potensi yang ada memiliki nilai jual tinggi, dibanding daerah lain di Sumsel," kata Mario.
Mario mengaku sudah lebih dari delapan tahun mendata dan mengamati aset wisata yang ada di kabupaten ini.
Bahkan sebagian besar sudah ia kunjungi, mulai dari megalit, air terjun, rute arung jeram, serta peninggalan kolonial belanda.
Namun hingga kini belum satu pun yang bisa dikembangkan Pemerintah Kabupaten Lahat menjadi destinasi wisata, yang dijual kepada Indonesia serta dunia.
Menurut Mario, di Lahat terdapat 76 air terjun. Masing-masing memiliki aneka bentuk dan rupa menawan.
Sebagian besar terbilang cukup berkelas dan cantik, hingga banyak dikagumi di dunia.