“Saya datang hingga ke Kalimantan, Sulawesi dan Papua,” tutur Alvin.
Koleksi yang ia dapat dari Indonesia adalah batik, kursi hingga kotak penyimpan sirih.
Banyaknya benda-benda khas warga peranakan dari Singapura dan negara sekitar, termasuk Indonesia, membuat Alvin diganjar penghargaan Museum Roundtable Award kategori Best Overall Experience oleh Dewan Heritage Nasional Singapura, pada 2011.
Museum ini tergolong unik karena satu-satunya museum peranakan di Singapura sekaligus rumah tinggal si pemilik.
Dengan jumlah koleksi yang mencapai ratusan item, museum ini pun layak disebut private museum yang lengkap.
Niat awal Alvin saat berbelanja barang-barang peranakan adalah menambah koleksi pribadi dan keluarga.
Namun setelah jumlah koleksinya berlimpah, teman-teman Alvin meminta izin berkunjung ke rumahnya untuk melihat koleksi.
Mereka meminjam tempat untuk minum teh atau sekadar makan bersama sanak keluarganya.
“Pemerintah meminta rumah ini menjadi museum. Tapi saya tidak didanai oleh pemerintah Singapura,” tutur Alvin.
Hingga kini, Alvin membuka pintu rumahnya untuk rombongan wisatawan. Tapi, tak sembarang tamu bisa berkunjung.
Rombongan pelajar, mahasiswa, dan grup pengunjung yang dibawa lembaga atau agen pariwisata yang sudah dia kenal, akan diterima.
Jika Anda boleh mengunjungi The Intan, Alvin akan menyediakan teh dan kue-kue khas warga Melayu.