Penangkaran burung berada di tengah perumahan yang padat penduduk, menjadikan tempat ini ramai oleh pengunjung yang sekedar bersantai di sore hari atau khusus melihat burung atau memberi makan ikan.
Pengunjung juga dimanjakan dengan jajanan kaki lima yang dijual tidak jauh dari rawa. Adal pecal, aneka mie, sate, martabak, jus, rujak hingga beberapa penganan etnis Tionghoa.
Lisna, penjual makanan ikan dan pengurus taman, menuturkan jika berencana datang melihat ribuan burung yang berduyun-duyun pulang, sebaiknya datang di sore hari antara pukul 4 hingga 6 sore.
Waktu tersebut merupakan adalah waktu yang tepat datang ke tempat ini, karena burung siang kembali ke sarang, sementara burung malam baru akan memulai aktivitasnya.
"Kita dapat melihat burung-burung ini terbang dan bertengger di dahan pohon secara dekat. Sedangkan pengunjung yang ingin melihat ikan keluar dari persembunyian, bisa dengan memberi makan ikan, dan melemparkannya di satu area agar ikan-ikan keluar merebuti makanan tersebut," katanya.
Area ini juga menjadi objek komunitas fotografer di kota Medan. Baik itu mengambil angle burung sebagai objek atau sebagai angle.
Tak sedikit pula yang memanfaatkan area ini untuk pra wedding.
Sutan, fotografer prawed, menuturkan kerap mengarahkan kliennya yang memiliki budget terbatas untuk memilih Taman Burung Cemara Asri untuk latar pemandangan alam yang eksotis, selain gratis, tempat ini juga sepi di pagi hari.
"Burung banyak hinggap di taman tersebut pada pagi dan sore, kalau sore pasti ramai tapi kalau pagi lumayan sepi jadi bis mendapatkan hasil yang memuaskan dan murah alias tidak perlu sewa tempat," katanya.