Namun jika ada yang memintanya akan diberikan tanpa kompensasi, asal ada permintaan uskup.
Penerima penghargaan gelar pangeran kehormatan dari Pakubuwono XIII Solo dalam bidang kebudayaan (2012) ini, mengaku sudah mengorbankan ratusan juta hingga miliaran untuk itu, namun dirinya ikhlas bila uskup memintanya untuk kepentingan gereja.
Johan Yan menunjukan koleksi di Museum Mahanandi Surabaya. (Surya/Wiwit Purwanto)
Koleksi lainnya adalah manuskrip perkamen Al-Kitab dengan Bahasa Semit Ge'ez.
Merupakan manuskrip Al-Kitab yang sangat kuno yang ditulis tangan dalam bahasa yang saat ini sudah punah dengan cover dari pelepah kayu.
"Manuskrip bergambar tertua di dunia dengan media perkamen, yakni media untuk menulis yang terbuat dari kulit domba," ujarnya.
Al-Kitab ini sangat langka sebab ditulis dari getah tumbuhan purba dalam bahasa keseharian Israel Kuno yang sudah punah (6SM- 4 M).
Ia menambahkan, Bahasa Ge'ez adalah bahasa liturgis Gereja Ethiopia, suatu cabang bahasa Semit yang berkembang di Ethiopia dan sejak abad ke 6 SM hingga abad ke 4 M dan tidak lagi digunakan dalam percakapan sehari-hari, kecuali untuk kepentingan liturgi ibadat kuno komunitas Yahudi Beta Israel.
Selain koleksi rohani, Johan juga memiliki koleksi lainnya yakni uang kuno dan serpihan patung zaman Kerajaan Mojopahit.
Uang kuno zaman Majapahit. (Surya/Wiwit Purwanto)
Uang kuno dan serpihan patung tanpa kepala ini ditemukan di sebuah lahan di kawasan Trowulan Mojokerto.
Seluruh koleksi Johan ini tidak akan dijual, namun dibuat untuk mensyukuri berkat anugrah yang sudah diberikan bagi kehidupan pribadinya, keluarga dan pekerjaannya.
"Museum ini untuk pendidikan dan menambah wawasan akan benda benda bersejarah tinggi," katanya.