Baca tanpa iklan
Amok menyebutkan, pelanggan yang minum Bravo beragam mulai dari anak muda sampai orang tua. Biasanya mereka kangen rasa khas Bravo.
Bahkan, ada yang menganggap Bravo berwarna hitam cocok untuk mengurangi batuk. Entah benar atau tidak Bravo mengandung zat mengobati batuk, Amuk tidak tahu persis.
"Banyak yang cari Bravo makanya saya tetap jual. Ada yang bilang bisa mengurangi batuk, warna hitam itu yang dipilih," ujar Amuk.
Dia tidak dapat memastikan jumlah Bravo dalam satu kali pemesanan. Hanya saja, di bagian belakang warung, terlihat tumpukan rak kayu berisi Bravo yang jumlahnya sekitar 10 buah.
Lain Bravo lain pula City. Minuman City sudah lama tidak lagi diproduksi. Tidak ada yang tahu persis kapan City hilang dari peredaran.
Saat harian ini mengunjungi pabrik pembuatan City di Jalan Pabrik City, Kelurahan Semabung Lama, Pangkalpinang, tempat ini sudah tertutup rapat.
Tampak dari luar, tidak ada aktivitas apapun di dalam pabrik. Beda halnya di Pabrik Bravo Jalan Bravo Kampung Dul, Bangka Tengah, yang masih beroperasi meski terbatas.
"Kami hanya produksi bila ada pesanan saja. Tidak tahu berapa jumlahnya," kata seorang wanita muda saat ditemui Bangka Pos Group di depan Pabrik Bravo.
Informasi yang diperoleh, dulunya City dan Bravo dikelola dua kakak beradik. Sayang, dua minuman tempo dulu ini tergerus zaman. Masyarakat kini mengenal produk-produk serupa buatan luar negeri.
Seorang penikmat Bravo, Raju (40), warga Pangkalpinang mengungkapkan, menikmati Bravo dicampur es memberikan sensasi segar. Dia suka rasa sarsaparila, Bravo berwana hitam.
"Pokoknya teringat masa lalu, sampai sekarang saya masih suka. Ya di warung Amok itulah saya biasa minum," ungkap Raju.
Begitu juga Nur warga Sungailiat, yang saat sekolah dasar tahun 1986 sering menikmati City dan Bravo ketika lebaran. Nur tak menyangka Bravo masih eksis sampai sekarang.
"Masa sih masih ada, aduh rasanya bernostalgia masa lalu. Ingat waktu kecil," kata Nur.
Anda tertarik mencicipi Bravo saat berkunjung ke Kota Pangkalpinang?