Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Jalan Jendral Sudirman, Banjarmasin adalah ikon wisata religi Kalimantan Selatan.
Masjid ini memiliki banyak keunikan, baik dari segi rancangan bangunannya maupun sejarah pendiriannya.
Masjid ini tampak berdiri gagah di pusat kota Banjarmasin. Warnanya yang kuning krem agak coklat membuatnya mudah dikenali.
Apalagi, area tanahnya luas dan di sekelilingnya dipenuhi pepohonan rindang baik besar maupun kecil.
Kawasan Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Jalan Jendral Sudirman, Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Pohonnya yang besar memiliki batang yang kokoh dengan akar-akarnya yang tampak gagah menyembul meliuk-liuk di permukaan tanah.
Masjid ini dua lantai. Di sekelilingnya dipenuhi pintu-pintu dengan ukiran kaligrafi yang indah.
Uniknya, daun pintunya berlubang-lubang.
Berlubang karena daun pintunya berbahan besi yang diukir dengan kaligrafi bertulisan nama-nama para sahabat Nabi Muhammad SAW seperti Abu Bakar Asshidiq, Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan lain-lain.
Kaligrafi juga banyak terdapat di bagian lain masjid ini. Misalnya, di dinding di bawah kubahnya ada tulisan nama-nama Allah.
Kaligrafi Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Jalan Jendral Sudirman, Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Menurut Humas Masjid Raya Sabilal Muhtadin, H Irhamsyah Safari, tulisan kaligrafinya menggunakan khat atau kaligrafi standar jenis diwani dan tsulusi. "Tulisannya tak berbaris atau harakat," ujarnya.
Bentuk pintu masjidnya pun tak seperti pintu pada umumnya yang berbentuk persegi panjang, namun di bagian atasnya lancip.
Bentuknya ini terinspirasi dari bentuk pintu masjid-masjid di Timur Tengah.
Memasuki area dalam masjid ini, terasa sekali hawa sejuknya.
Bukan berasal dari pendingin ruangan, tetapi karena desain interior masjid ini banyak lubangnya. Mulai dari pintunya hingga atapnya tepat di bawah kubahnya.
Di bawah kubahnya dindingnya tak tertutup, tetapi ada ventilasi udaranya.
Di sekelilingnya kaca yang tak sepenuh tertutup sehingga ada celah untuk angin masuk dari atas.
Dari segi kubahnya, tampak landai dan setengah lingkaran, tak seperti bentuk kubah masjid yang biasanya agak tinggi.
Ternyata, bentuk kubah ini terinspirasi dari bentuk buah rambai yang khas Kalimantan Selatan.
"Bentuk kubahnya juga seperti tanggui, yaitu topi tradisional orang Banjar yang bentuknya setengah lingkaran tetapi lengkungannya landai," ujarnya.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Jalan Jendral Sudirman, Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Masjid ini sepenuhnya berbahan marmer berwarna krem kecoklatan.
Menurut sejarahnya, masjid ini dulu dirancang oleh seorang arsitek dari Institut Teknologi Bandung.
Masjid ini diresmikan oleh mantan Presiden RI, Soeharto pada 1982.
Menurut kisahnya, rencana pembangunan masjid ini dimulai pada 1965 silam, namun sempat terhenti dalam waktu yang cukup lama karena kondisi perpolitikan Indonesia yang sedang goyah dan adanya peristiwa G30S PKI.
Rencana itu baru dimulai lagi pada 1970-an hingga selesai dibangun pada 1982.
Area di sekitar masjid ini dipenuhi taman dan pepohonan rindang yang sering digunakan oleh warga atau jemaah masjid untuk bersantai atau kegiatan keagamaan.
Ternyata pepohonan itu tidak dengan sengaja ditanam untuk memperindah lingkungan masjid.
Pepohonan itu sudah ada sejak lama sebelum masjid ini dibangun.
Dulu, area ini adalah lapangan sepakbola bernama Lapangan Merdeka.
Ada juga asrama tentara dan gerbang bernama Benteng Tatas.
Pepohonan itu tumbuh liar di sekitar daerah ini dan tidak ditebang saat pembangunan masjid dimulai, namun dijadikan bagian dari halaman masjid.
Masjid ini dinamai Sabilal Muhtadin, diambil dari judul kitab fikih Islam terkenal karangan ulama kharismatik dan legendarisnya orang Banjar, yaitu Syekh Muhammad Arsyad Albanjari.
Masjid ini sangat terkenal di Kalimantan Selatan, tak hanya karena namanya, namun juga suara sirinenya yang nyaring menggaung ke seantero Banjarmasin di waktu-waktu salat tertentu.
Gaung suaranya bahkan tak hanya bisa didengar di Banjarmasin, namun ke seluruh Kalimantan Selatan.
Beduk Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Jalan Jendral Sudirman, Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
"Kalau gaung sirine aslinya hanya di sekitar Banjarmasin, tetapi bisa menggaung ke seluruh provinsi ini melalui radio-radio yang ada di tiap daerah," ujarnya.
Sirinenya berasal dari menara-menara di masjid ini yang saling terhubung dengan sound system, kemudian direlay oleh stasiun-stasiun radio di seluruh Kalimantan Selatan di waktu salat Subuh dan Magrib.
Tak lama kemudian, barulah azan dikumandangkan.
Padahal masjid ini memiliki dua buah beduk yang satu di antaranya masih dipakai sebagai penanda waktu salat tiba.
Namun suara beduk ini hanya terdengar di sekitar masjid.
"Dulu, ada kesepakatan di antara para ulama di Kalimantan Selatan untuk memakai sirine ini agar digaungkan ke seluruh Kalimantan Selatan supaya waktu salat bisa serempak, khususnya salat Magrib dan Subuh," katanya.
Di bulan puasa, tak susah untuk mengetahui waktu berbuka puasa tiba.
Sebab, biasanya suara sirine ini bergaung lebih dulu daripada azan sehingga kaum muslimin yang berpuasa bisa segera bersiap menyantap takjil.
Setelah suara sirine langsung disusul oleh azan Magrib. Apalagi suaranya terdengar nyaring ke mana-mana.
Demikian pula di waktu imsak di Subuh hari sebagai penanda waktu sahur telah habis dan waktu salat Subuh segera tiba, sirinenya kembali terdengar, menggaung ke seluruh Kalimantan Selatan.
Beberapa menit kemudian, disusul dengan azan Subuh, menandakan telah masuk waktu salat Subuh.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Jalan Jendral Sudirman, Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Lokasi masjid ini sangat mudah dicari. Terletak di wilayah administratif Kecamatan Banjarmasin Tengah, masjid ini sangat mudah dituju.
Apalagi sangat terkenal, semua warga Kalimantan Selatan sudah sangat hafal dengan masjid ini.
Posisinya juga dekat dengan Sungai Martapura.