Dengan penuh optimistis saya minta izin kepada mudir sekolah saya.
Beliaupun mengijinkan saya lengkap dengan nasehat dan pesanan-pesanannya. Sayangnya tahun ini saya tidak bisa berangkat.
Nah di sinilah tips intinya, rupanya kemampuan finansial saja (istitha'ah) tidak dapat mengantarkan saya ke tanah suci.
Kata guru saya, istitha'ah (kemampuan finansial) saja tidak cukup.
Diperlukan da'wah (undangan) dari yang punya rumah, yaitu Allah.
Jika Allah sudah mengundang, maka pasti akan Dia mampukan dan pasti bisa ke Baitullah. Jika tidak diundang? berusahalah untuk jadi undangan-Nya.
Ternyata pengalaman jemaah haji yang lain juga sama.
Saya pernah menuliskan pengalaman mereka yang diundang Tuhan ke Baitullah.
Di sini saya bercerita tentang Cecep dan adrian, dua pemuda unik yang kemudian mendapat undangan dari Allah.
Kembali kepada tips intinya yaitu mendapatkan undangan dari Allah. Bagaimana agar kita layak mendapat undangan dari Allah?
Saya tak bisa menjawab hal itu, namun setidaknya kita harus menampakan kesungguhan niat kita di hadapan Allah.
Misalnya saja, persiapkan hal-hal kecil yang mengikat ingatan kita ke Baitullah seperti memasang gambar Ka'bah di rumah, membeli buku berkaitan dengan haji, ikut manasik, beli kain ihram hingga membuka tabungan haji.
Salah satu teman saya, menempelkan gambar kuburan Rasulullah di tempatnya bercermin.