Selain kios-kios kecil, tampak juga pedagang yang berjualan di bawah pohon di area parkir Pantai Kedungu.
Dengan menggunakan meja kecil, seorang pedagang wanita bernama Kadek Rayani, menawarkan klepon, satu jenis jajan tradisional khas Kedungu.
Klepon yang dijajakan di Pantai Kedungu, Tabanan, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
“Ngalih klepon 2 bungkus, mbok (Beli klepon 2 bungkus, mbok),” ujar seorang wisatawan lokal Bali kepada Kadek.
Dengan sigap, Kadek pun membungkus beberapa butir kue klepon yang berisikan cairan gula merah ini, dengan menggunakan daun pisang.
Tak lupa ia memarutkan kelapa di atas kue yang terbuat dari campuran tepung beras dan tepung kanji tersebut.
Jajanan satu ini memang sudah menjadi ciri khas dari Desa Kedungu.
Sudah sejak dulu sekali, masyarakat di sini membuat klepon untuk kemudian dijual di berbagai tempat.
Tak hanya di area desa dan juga Tabanan, bahkan mereka membawanya untuk dijual hingga ke Denpasar.
“Kalau saya sekarang jual di sini saja. Dulu pernah jual di Kerobokan, kalau yang lain biasanya jual juga sampai ke Pasar Kumbasari,” ujar wanita yang telah berjualan klepon selama 15 tahun ini.
Menurut ibu satu anak ini, biasanya dalam sehari ia dapat membuat satu kilogram klepon.
Dalam kurun waktu satu jam, ia bisa membuat hingga 300 butir jajan bertekstur kenyal dengan saus gula merah di dalamnya.
Dengan teknik konvensional, yakni menggunakan tangan, ia membuat klepon.
Harga yang ditawarkan untuk satu bungkus klepon ini pun tergolong murah.
Dengan harga Rp 2.000 per bungkus, Kadek menjual jajan kleponnya kepada para pengunjung yang datang ke kawasan Pantai Kedungu ini.