TRIBUNNEWS.COM - Selama ini saya lebih banyak difoto atau dipotret dibanding memotret sendiri padahal saya terus terang suka juga menikmati pemandangan dari hasil pemotretan orang lain.
Tapi entah kenapa belum pernah sekalipun mencoba memegang tustel, kamera, kecuali bila ada orang yang minta tolong dipotret dengan kamera mereka sendiri.
Istilahnya “Tongbro” alias Tolong Bro! Yang merupakan pelesetan dari Tongsis atau Tongkat Narsis.
Setelah ikut bergabung dengan komunitas blogger dan setiap saat menulis reportase atau review satu produk, barulah mulai saya mengerti dan merasakan betapa pentingnya arti sebuah foto yang dihasilkan dari sebuah kamera.
Titik-titik lokasi untuk 'nembak cewek' bahkan melamar gadis pujaan seperti ini sengaja disediakan pengelola Pantai Romantis di Kabupaten Serdang Begadai, Sumatera Utara. Untuk menarik minat wisatawan dan jadi keunikan khas pantai ini (Tribun Medan/ Silfa Humairah)
Baik itu dari kamera SLR (lupa kepanjangannya apa, pokoknya itu loh kamera besar yang bisa dipakai tele hehehe...) atau smartphone atau kamera jadul yang biasa saya gunakan sehari-hari.
Soalnya kurang bagus kalau posting tulisan di blog tapi kering oleh illustrasi foto. Iya kan?
Kebetulan saya seorang istri dari suami yang berprofesi sebagai wartawan.
Sehari-hari saya bekerja sebagai guru TK. Soal yang namanya foto, kamera, sudah sangat familiar dalam kehidupan kami sehari-hari.
Setiap saat suami memanfaatkan kameranya baik yang SLR maupun yang semata-mata hanya mengandalkan kamera handphone, untuk mengabadikan kami sekeluarga.
Bahkan sering saya menggodanya dengan mengatakan, “Apaan sih Pap, apa aja difoto?”.
Biasanya sang suami hanya bilang, “untuk sekedar foto dokumentasi”.
Belakangan saya mulai sadar, foto itu sangat besar manfaatnya. Pelan-pelan saya belajar memotret dari bimbingan suami, atau kedua anak saya secara kursus kilat.
Alhamdulillah sudah ada beberapa tulisan postingan saya di blog sudah menggunakan hasil jepretan saya sendiri.