Setelah sedikit bergumul dengan equalizing telinga yang memang menjadi masalahku setiap menyelam, aku menengadah ke arah permukaan laut. Rasanya ingin menangis bahagia melihat ratusan ikan selar berenang dalam satu kelompok, schooling istilah selamnya.
Sedikit lebih dalam, diterangi cahaya senter yang membuat semua warna terlihat lebih terang, lion fish warna warni didominasi jingga dan ungu bersembunyi di dalam terumbu karang.
Tak jauh dari situ, ada seekor flute fish, ikan berbadan tipis, panjang seperti flute, hampir transparan. Sedikit takut, aku berhati-hati agar ikan itu tak bersentuhan dengan tubuhku saat melihat ia berenang melintasi perutku.
Baru dua puluh menit di bawah laut, di kedalaman 22 meter, aku mulai menyerah. Kurang istirahat ditambah kegelapan dan berenang melawan arus yang cukup kencang membuatku kelelahan.
Selanjutnya kputuskan berpisah dari teman-teman. Untungnya, salah satu teman dan seorang dive master menemaniku berenang mengikuti arah arus.
Temanku menyoroti aku dengan senternya dan memberi tanda agar aku mendekat. Lalu, ia menyorotkan senternya ke arah ikan buntal atau puffer fish berwarna putih abu dengan garis kuning. Ikannya besar, sekitar 40-50 cm. Ikan terbesar yang kulihat malam itu.
Setelah naik dan mandi air hangat, aku tidur dengan nyenyak di kamar mungil dari kayu, ditemani kelambu untuk menjagaku dari gigitan nyamuk. Ada dua tempat tidur di sana, aku mengambil tempat di sisi yang menjauhi jendela.
Tidak ada televisi. Memang, untuk apa? Terlalu berharga waktu di Raja Ampat Dive Lodge untuk dihabiskan menonton televisi.
Beberapa hari di sana kami habiskan dengan menyelam di beberapa titik. Salah satu tempat favorit kami adalah: Arborek.
Mungkin tidak perlu menyelam, snorkelling saja pun sudah akan membuat Anda terbelalak dengan ribuan ikan selar yang bergerak dalam satu lingkaran, seakan tak peduli hadirnya ikan-ikan besar yang siap menyantap.
Untung Bawa Fotografer Bawah Laut yang Handal
Beruntung, kami pergi bersama Harry Susanto,seorang fotografer bawah laut yang andal. Ia berhasil mengabadikan moment yang belum tentu akan aku alami lagi. Ikan-ikan selar itu berenang mengitariku, di antara kayu-kayu yang menusuk dasar laut, menopang dermaga Arborek.
Gelombang air laut yang beradu seakan membentuk jendela di permukaan laut. Matahari menyelusup masuk menerangiku yang diam tak berkutik karena kagum memandangi ikan-ikan kecil itu.
>