Berdiri kokoh hingga saat ini, makam ini tersusun dari batu-batu laut.
Selain Syeikh Haji Mu’min, ada juga satu makam yang berada dalam satu bangunan menyerupai rumah kecil berdinding putih.
Dalam ruangan kecil inilah, ulama besar bernama Tuan Guru Haji Abdullah Baharudin Hakiki dimakamkan.
“Ini makam ulama besar, saya juga sempat kenal waktu masih kecil. Hanya dia ulama sampai saat ini,” ujar Haji Mansyur.
Sisanya, yang tersebar di makam kuno ini adalah makam-makam para penduduk asli Kampung Bugis Serangan.
Ada yang membedakan bagi makam pria dan wanita.
Yang mana, jika makam pria, bentuk nisannya bundar menyerupai tabung.
Sementara untuk yang perempuan, ditunjukkan dari bentuk nisan yang berbentuk agak lebih kotak.
Tak jarang, menurut Haji Mansyur, masyarakat ataupun pengunjung dari luar Kampung Bugis Serangan, bahkan para muslim dari luar negeri, datang ke makam ini.
Tujuannya untuk nyekar di sini, dan melihat-lihat keberadaan makam kuno dan mencari tahu cerita tentang sejarahnya di sini.
Selain makam dan masjid, dua peninggalan bersejarah lainnya yang diperjuangkan pelestariannya oleh masyarakat setempat adalah al-quran kuno dari abad ke - 17 dan rumah adat bugis.
Dalam gerakan “Save Cagar Budaya Kampung Bugis Serangan”, para masyarakat dari berbagai kalangan dengan solid memperjuangkan status cagar budaya yang ada di Kampung Bugis Serangan ini.
“Kami mengharapkan agar pemerintah segera mengeluarkan SK terkait penetapan status Cagar Budaya di sini. Karena di sini ada barang-barang bersejarah yang mesti dilestarikan, bukannya untuk dihancurkan atau dihilangkan,” ujar Usman, salah seorang warga dan pengurus Masjid Assyuhada di Kampung Bugis Serangan.