Terjunnya pun senada.
Di sana, sejumlah anak muda dan keluarga tampak sibuk berfoto mengabadikan momen.
Wisatawan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa ramai-ramai mendatangi Air Terjun Tibumana di Bangli, Bali (I Nyoman Mahayasa)
"Sudah ramai dari sebelum Galungan. Per hari rata-rata 200 sampai 400 pengunjung. Bahkan sudah ada bule juga," kata Wayan Sujana Gobi.
Pemuda 19 tahun yang sore mendapat giliran bertugas berjaga menjelaskan bahwa, Tibumana sebelumnya adalah objek terisolasi.
Tidak ada warga yang bisa mengakses tempat tersebut.
Jika ingin melihat, warga hanya bisa menyaksikan dari atas tempat di mana air mengalir sebelum terjun.
"Tidak ada yang bisa melihat lewat bawah. Aksesnya sangat sulit sekali. Jadi kalau kami mau melihat air terjun, bukan dari bawah, tapi dari atas. Nengok ke bawah baru bisa," tuturnya.
Seiring berjalannya waktu, warga mulai sadar bahwa tempat ini memiliki potensi wisata yang besar.
Mereka lalu berinisiatif membuat akses jalan untuk mempermudah mencapai lokasi.
Pemuda sebagai ujung tombak bergerak gigih.
Meraka gotong royong bersama warga untuk membuka jalan.
Empat hari waktu yang dibutuhkan sampai akhirnya air terjun ini bisa dibuat dilihat dari bawah.
"Kami gotong royong dibantu masyarakat. Akhirnya kami bisa membuka akses jalan. Sementara masih seadanya, kami buat tangga dari kayu. Nanti akan ada perbaikan lagi," jelas Gobi bersama teman-temannya.
Sayang, Banyak Sampah