Kualitas kering tempe di warung ini pas untuk nasi uduk, garing dan gurih.
Terakhir, komponen telur dadar, nah, ini khusus dibikin sendiri di rumah.
Tinggal beli telur ayam dari warung depan rumah. Lalu bikin telur dadar, iris-iris tipis, maka jadilah komponen itu.
Oh ya, ada yang terlupakan, komponen timun belum ada. Ya, sudahlah, tak prinsip itu. Timun tak ada gizinya.
Nah, semua komponen nasi uduk sekarang sudah lengkap.
Saya, isteri, dan dua anak kami mengambil piring masing-masing, lalu merakit sendiri nasi uduk di piringnya.
Porsinya menyesuaikan daya tampung lambung dan dorongan selera, atau mungkin tingkat kerakusan.
Jokowi sarapan nasi uduk dalam sebuah kesempatan.
Begitu sendokan pertama masuk mulut, walaaah…. maknyuuussss…. rasanya.
Itulah nasi uduk terenak yang pernah kami makan sampai sekarang. Betul-betul tak ada duanya. Itu nasi uduk rakitan kami sendiri.
Saya jamin, tak seorang chef-pun di Jakarta yang mampu membuat nasi uduk senikmat itu.
Lalu, mungkin Anda bertanya, berapa biaya yang saya keluarkan untuk merakit nasi uduk ternikmat se-Jakarta itu?
Sebagai jawaban, saya balik bertanya kepada Anda, berapa harga yang harus Anda bayar untuk sebuah kenikmatan yang tak terpemanai nilainya?
Kalau tak setuju pendapat saya, silahkan Anda coba merakit nasi uduk sendiri. (Kompasiana.com/ Felix Tani)