Satu porsi tongseng ayam berisikan daging ayam, potongan kobis, irisan cabai rawit (bagi yang suka pedas). Hidangan ini semakin lezat dinikmati bersama tempe koro bacem.
Cara memasaknya pun masih menggunakan cara tradisional, yakni menggunakan tungku dan arang sebagai bahan bakarnya. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Lebih lanjut Suparni menceritakan, warung yang saat ini dikelolanya adalah usaha yang dia teruskan dari ibunya.
Suparni mengatakan sejak tahun 60-an ibunya yang bernama Mugirah telah berjualan tongseng dan gule ayam.
Sejak tahun 1987 setelah ibunya meninggal, Suparni meneruskan usaha ibunya tersebut.
Awal mulanya warung tongseng dan gule berada di komplek pasar Bantul, kemudian pada tahun 2000 warung makan tersebut pindah ke dusun Kurahan, Kelurahan Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.
Tepatnya warung makan ini berada di jalan Robert Wolter Monginsidi, atau sebelah utara komplek Kantor Bupati Bantul.
Setiap harinya warung Moro Seneng buka dari jam 8 pagi hingga 4 sore.
Selain tongseng dan gule, di warung tersebut juga meyediakan nasi goreng dan sate ayam.
Untuk masalah harga anda tidak usah khawatir, karena sangat terjangkau.
Satu porsi tongseng dan gule hanya dihargai Rp. 10 ribu, itupun sudah termasuk nasi. Jika tanpa nasi harganya Rp. 8 ribu.
Untuk nasi goreng dan sate harganya juga Rp. 10 ribu.
Jadi jika Anda datang ke Bantul tidak ada salahnya mencicipi tongseng dan gule di warung Moro Seneng.(*)