Ya, cabai rawit khas Banjar karena biasanya orang Banjar senang menggunakan cabai rawit hasil perkebunan lokal Kalimantan Selatan.
Rasa cabai rawitnya berbeda dari cabai-cabai rawit dari provinsi lain.
Bisa dikatakan, sebiji kecil saja pedasnya sudah luar biasa menyengat lidah.
Termasuk juga rasa pedas yang ditawarkan oleh Sambal ARB ini.
Sedikit saja colekannya, pedasnya sudah sangat luar biasa, lidah seperti disengat dan terbakar.
Namun jangan salah, aroma khasnya begitu mengundang selera makan karena sudah dicampuri buah-buah tadi.
Dalam sebulan, sang pemilik usaha ini, Aulia Abdi, mengatakan dia bisa memproduksi 3.000 botol Sambal ARB.
"Cabainya satu kilogram bisa untuk 20 botol," katanya.
Rasa yang ditawarkannya ada lima jenis, yaitu gandaria atau dalam Bahasa Banjar disebut ramania, mangga asam atau hampalam, binjai, limau wangkang dan terong asam.
Soal komposisi bahannya sama saja dengan sambal acan pada umumnya, yaitu cabai rawit Banjar, terasi, garam, gula, buah-buah penyegarnya, dan sebagainya.
Proses pembuatannya pun sama saja, yaitu cabainya dipisahkan dari tangkainya, lalu diulek dengan cobek atau ditumbuk menggunakan lesung.
Setelah halus, barulah dicampuri irisan , perasan atau bakaran buah-buah tadi.
Buah penyedap rasanya memang ada yang dibakar, yaitu terong asam karena jika tidak dibakar aromanya tidak keluar.
Sementara buah-buah lainnya ada yang diperah seperti limau wangkang lantas airnya dicampurkan ke sambal.