Ada juga yang cukup diiris kasar saja seperti hampalam dan binjai lalu dilumatkan ke cairan sambal.
Setelah itu, barulah sambal dibuat ke dalam botol plastik, diberi label lalu siap dijual.
"Buahnya beda-beda cara mencampurkannya ke dalam cairan sambal. Memang seperti itulah teknik penyajian tradisional sambal acan khas Banjar. Khusus pemakaian limau atau jeruk, biasanya di sambal acan memakai jeruk purut. Namun karena adanya musiman, jadi memakai limau wangkang yang selalu ada," ungkapnya.
Sambal ini cukup laris dan banyak turis dari luar negeri seperti Colombia dan Australia tertarik membelinya.
Mereka bahkan sengaja datang ke rumahnya hanya untuk membeli sambal acan buatannya.
Di Banjarmasin, dia juga memasarkannya ke toko-toko yang menjual kudapan dan suvenir khas Banjar.
"Paling laku promosinya di media sosial. Saya aktif memposting sambal saya ini di Instagram dan Facebook," tuturnya.
Sebotolnya isi 125 gram dijualnya Rp 13.000.
Jika di toko-toko suvenir karena sudah berada di tangan ke sekian, harganya lebih mahal, yaitu sekitar Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per botol.
Dia biasa memproduksi sambalnya ini di rumahnya Jalan Komplek Cempaka Sari 4 nomor 18 RT 47 RW 03 Jalur 2B, Kelurahan Basirih, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan kode pos 70245.
Alamatnya ini memang sedikit membingungkan karena jika orang Banjarmasin mendengar daerah Basirih, pastilah yang di pikiran mereka adalah Basirih yang di Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Sedangkan alamatnya ini adalah Basirih yang di Kecamatan Banjarmasin Barat.
Jika hendak kemari, masuk lewat Jalan Gunung Sari yang masih di sekitar Jalan Cempaka.
Setelah itu, jika ada Masjid Nahdhatus Salam yang berwarna hijau, di depannya ada Jalan Komplek Cempaka Sari 4.