News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kuliner

Bubur Gudeg Mbok Kedul, Solo, Berdiri Sejak 50 Tahun Silam, Beri Kenangan bagi Pelanggannya

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

L Sri Untari Widodo (76) generasi ketiga Warung Mbok Kedul di Kota Solo yang menyajikan bubur gudeg, nasi gudeg, lontong opor, dan ketan bubuk/ juruh.

Tentu ada berbagai pilihan cara untuk menikmati bubur gudeg, sesuai selera.

Salah satunya adalah bubur disantap panas-panas.

Tentu saja dengan terlebih dahulu meniup-niup permukaan bubur agar tidak terlalu mongah-mongah alias terlalu panas di mulut.

Dalam kondisi antara panas dan hangat itulah, bubur gudeg mengeluarkan sensasi rasa gurih-gurih mantap.

Sambal goreng krecek yang tidak terlalu pedas memberi sentuhan rasa tajam.

Jika ingin mendapat tingkat kepedasan yang lebih tajam, Anda bisa mengambil cabai merah yang disertakan pada sambal goreng krecek.

Mungkin karena kehangatannya itu, bubur gudeg Mbok Kedul memunculkan semacam mitos di kalangan konsumen fanatiknya.

”Kalau ada yang masuk angin, orang makan bubur di sini, katanya, bisa sembuh. Saya sendiri enggak tahu, tetapi sejak dulu orang percaya begitu,” kata Untari.

Keotentikan

Warung Mbok Kedul dulu buka sejak pagi hingga malam.

Kini karena kemampuan fisik penjualnya, warung mulai buka pukul 13.00 sampai sekitar pukul 22.00.

Kini Mbok Kedul juga tak hanya dikonsumsi warga sebagai sekadar pengisi perut.

Ketika kuliner sudah menjadi gaya hidup, bubur gudeg, ketan bubuk kedelai/juruh, dan lontong opor hidangan Mbok Kedul menjadi konsumsi pemburu rasa dan keotentikan jajanan rakyat.

Keotentikan itulah yang menjadi kekuatan Mbok Kedul.

Keotentikan tersebut dijaga antara lain dengan mempertahankan nama Mbok Kedul. Resep juga sesuai yang digunakan Mbok Kedul sejak awal.


Bubur gudeg. (KOMPAS/FRANS SARTONO)
 

Begitu juga cara memasak bubur yang tetap menggunakan kuali dari bahan tanah liat.

Setelah masak, kuali itu pula yang digunakan sebagai tempat bubur.

Kuali dari tanah liat tersebut, menurut Untari, memberi sentuhan rasa khas pada bubur Mbok Kedul.

Dalam sehari, Mbok Kedul memasak bubur dua kali, yaitu pukul 13.00 ketika warung buka dan kuali kedua dihidangkan pada pukul 17.00

Menghadapi perubahan gaya hidup itu, Mbok Kedul tidak lantas berupaya sok ”memodernkan” diri.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini