Dia tetap bersahaja, apa adanya. Warung Mbok Kedul menempati ruang berukuran selebar 13 tegel ukuran 20 sentimeter, atau sekitar 2,5 meter lebih sedikit.
Ukuran panjang warung sekitar 8 meter.
Di sana disediakan sejumlah meja bagi penyantap untuk menikmati hidangan.
Hidangan ditempatkan di bagian depan warung dalam ruang kaca.
Pembeli bisa memesan dari depan kaca atau masuk ke dalam.
Adapun Untari duduk menghadap hidangan untuk meracik hidangan.
Ia dibantu asisten untuk melayani konsumen, serta sejumlah pekerja di dapur.
Dapur yang cukup luas terletak di bagian belakang warung.
Dapurnya terbilang masih ”konvensional” dengan jelaga hitam di sana-sini.
Maklum, Warung Mbok Kedul menggunakan arang.
Mengapa tidak menggunakan kompor gas? ”Wah medeni. Akeh lola-laline (menakutkan karena bisa lalai),” kata Untari.
Bisa dikatakan, dapur ini merupakan bentuk keotentikan lain dari Warung Mbok Kedul, yaitu kesederhanaan.
Kebersahajaan yang justru memberi cita rasa yang membekas di memori rasa penikmatnya. (Frans Sartono)