Pengunjung bisa mandi di kolam itu. Kejernihan air di Madakaripura tidak sekadar pesona wisata namun juga dimanfaatkan sebagai ritual keagamaan.
Umat Hindu Tengger mengambil air di air terjun Madakaripura untuk upacara keagamaan.
Mereka menyebutnya sebagai air suci. Cerita lain tentang air terjun Madakaripura adalah tentang Gadjah Mada.
Mitos yang berkembang, Gadjah Mada lahir dan muksa (menyatu dengan alam) di tempat itu.
Seseorang sedang mengecek sepeda motor pengunjung lokasi wisata Madakaripura sebelum menyiram motor itu dengan seember air di parkiran. Aksi semacam ini cukup meresahkan pengunjung. (Surya/Benni Indo)
Namun patut disayangkan juga. Keindahan alam dan kearifan sejarah Madakaripura tercoreng oleh pelayanan yang sangat buruk.
Beberapa pengunjung yang pernah datang ke sana bahkan tak segan menyebut Madakaripura sebagai 'sarang preman'.
Seorang pengunjung, Sandhya Purnama Putera, menceritakan, ketika dia dan teman lainnya turun dari mobil di dekat pintu masuk, beberapa orang langsung mendekat ke arahnya.
Mereka memaksa menjadi guide rombongan dengan tarif minimal Rp 100 ribu. Padahal, Sandhy telah membawa guide dari travel agen yang ia sewa.
Sandhy dan temannya sempat menolak. Namun orang yang mengaku dari paguyuban itu terus memaksa.
Katanya, itu sudah menjadi peraturan yang berlaku di kawasan Madakaripura.
Perdebatan panas pun terjadi tatkala Sandhy menanyakan otentifikasi peraturan yang berlaku. Sementara orang itu tidak bisa menunjukkan peraturan tertulisnya.
"Kalau peraturan tertulis tidak ada, mas. Tapi prosedur berkunjung di sini harus pakai guide lokal," kata orang itu.
Hemat cerita, Sandhy dan rombongannya terpaksa menggunakan guide dengan tarif Rp 50 ribu.
Perjalanan dari pintu masuk hingga air terjun Madakaripura ditempuh dengan berjalan kaki.