"Kalau guci yang lebih muda kebanyakan dari Indonesia, motifnya polos sehingga dari segi artistiknya kurang bagus dibandingkan dengan yang dari Cina. Bahannya dari tanah," katanya.
Guci-guci ini cukup laris dibeli wisatawan.
Pembelinya bahkan dari luar negeri seperti Malaysia dan Cina.
Guci-guci kuno ini didapatnya dari rekan-rekannya sesama penjual barang antik.
Ada juga dari orang yang datang kepadanya untuk menjual benda tersebut.
Selain guci tua, dia juga menjual banyak benda magis yang biasanya dibeli para dukun.
Benda-benda itu berasal dari hutan-hutan di Kalimantan.
Misalnya, ada kepala musang, kulit monyet, bulu burung anggang hingga buntut kuda.
Semuanya sudah dikeringkan.
Namun dia tak menutup kemungkinan jika ada wisatawan yang tertarik membelinya, tetap dia jual.
Kepala musang yang dijualnya tampak mengerikan dengan matanya yang melotot dan mulut menganga menunjukkan gigi-giginya yang tajam.
Ada juga tengkorak kepala landak.
"Biasanya dikoleksi para dukun, mereka sering beli ke saya. Mungkin untuk jimat atau menambah nuansa magis di ruang praktek mereka," katanya.
Benda-benda ini didapatnya dari orang-orang Dayak yang tinggal di pedalaman hutan Kalimantan.