Pelanggannya pun sudah banyak, tak hanya di Kalimantan Selatan, namun hingga ke Jakarta.
"Sebutirnya yang kecil saya jual Rp 3.000 dan yang besar Rp 4.000. Kalau yang mentah atau belum diasinkan Rp 2.400 sebutir," paparnya.
Proses Pembuatannya Cukup Lama
Telur-telur itik yang dipasoknya dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan itu dikukusnya dulu selama tiga jam.
Setelah dikukus, barulah di-candling atau diterawang menggunakan lampu yang diletakkan di alat khusus untuk mengetahui kualitas telur, mana saja yang bisa diolah menjadi hintalu jaruk dan mana yang tidak bisa.
"Bisa dilihat nanti ada semacam gelembung udara di cangkangnya. Kalau besar gelembungnya dan cangkangnya tampak retak sedikit saja berarti kualitasnya jelek. Nggak bisa diolah jadi hintalu jaruk, berarti saya jual mentah saja," sebutnya.
Setelah di-candling, telur-telur itu akan diperam hingga asin.
Cara memeramnya dengan dibaluri tanah dari batu bata yang sudah dihancurkan dan dicampuri abu gosok, garam dan sedikit air.
"Fungsi abu gosoknya untuk menyerap dan menahan air agar tetap berada di tanah batanya. Kalau tidak begitu, airnya saat telur diperam akan menetes dan kualitas telur jadi kurang bagus karena kelembaban tanahnya berkurang," paparnya.
Telur asin khas Banjar siap dipasarkan.
Proses pemeramannya selama 10 hari hingga tanahnya mengeras.
Setelah itu barulah telur dicuci dan rasanya sudah asin sehingga sudah siap disantap. (Yayu Fathilal)