Terdapat sebuah bukit yang di antaranya ditumbuhi rerumputan dengan kombinasi cokelat dan hijau.
Bukit dari bebatuan dan karang membentuk gua-gua kecil di bawahnya.
Ada satu gua di mana terdapat pelinggih sebagai tempat persembahyangan umat Hindu dan dipenuhi oleh hewan nokturnal, yakni kelelawar.
Saat siang hari, kelalawar tersebut berdiam diri di langit-langit gua. Suara kelelawar yang nyaring terdengar jelas.
Jika pengunjung ingin menikmati pemadangan pantai dari atas bukit, terdapat jalan setapak dengan tanah tandus untuk menuju ke sana.
Di bukit ini juga terdapat Pura Luhur Timan Agung.
Tak jauh dari Pura, ada sebuah bale bengong yang bisa dijadikan tempat beristirahat sambil memandangi panorama pantai.
Dari atas bukit pula, hijaunya pemandangan areal persawahan terlihat jelas.
“Pantainya bagus, suasanya juga masih alami. Kalau dilihat dari sini keren karena ada karang-karangnya. Cocok sih buat foto-fotoan,” ungkap Mega, seorang pengunjung Pantai Kelating yang datang bersama temannya.
Kegiatan lain yang bisa dilakukan di bukit ini adalah menunggangi kuda yang menjadi fasilitas dari hotel di sekitar pantai.
Wisatawan akan diajak untuk berkuda, menyusuri pantai dan naik ke bukit.
Pengunjung bisa menuruni bukit melalui tangga sederhana yang dibuat dari tanah.
Namun di sini harus berhati-hati agar tidak terperosok karena beberapa kondisi tanah yang terlihat kurang stabil.
Karang-karang pemecah ombak berdiri kokoh menghasilkan cipratan air laut dan terdengar bunyi desis dari ombak.
Di bukit ini pula, terdapat karang yang sedikit menjorok ke laut.
Tempat itu sering dijadikan spot untuk memancing.
“Kalau pagi sama sore lumayan banyak yang mancing. Tapi saya jarang lihat orang bawa hasil pancingan yang banyak. Mungkin hanya senang-senang aja di sini,” ujar Widiasih, warga lokal yang sedang beristirahat di bale bengong. (*)