TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA -Tas manik-manik sejak dulu dijadikan buah tangan khas Kalimantan Selatan.
Tas ini memiliki beragam rupa, mulai dari dompet, sarung HP hingga tas tangan.
Ukurannya ada yang besar hingga kecil.
Harga yang ditawarkan pun beragam sesuai ukurannya.
Paling murah Rp 10.000 dan paling mahal Rp 125.000.
Di Kalimantan Selatan, cinderamata ini mudah ditemui di toko-toko suvenir.
Beragam corak tas manik-manik dayak khas Martapura. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Di antaranya ada di Toko Mely Permata di Kompleks Pertokoan Cahaya Bumi Selamat (CBS), Jalan Ahmad Yani, Martapura, Kabupaten Banjar.
Tas manik-manik yang dijualnya bermotif khas Dayak.
Ada juga yang bermotif khas Banjar, yaitu rumah adat Banjar.
Sayang saat Banjarmasin Post (BPost) ke tokonya, stok tas itu sedang habis.
"Kalau yang itu biasanya lebih mahal. Sekitar Rp 2.000 hingga Rp 2.500 lebih mahal dari yang bermotif Dayak. Misalnya, yang bermotif Dayak harganya Rp 125.000 sedangkan yang bermotif rumah Banjar sekitar Rp 127.000 atau Rp 127.500 karena pembuatannya lebih rumit," jelas Manager Toko Mely Permata, Muhammad Jurjani.
Tas manik-manik bermotif Dayak itu biasanya berupa tumbuhan dan binatang.
Motif-motif itu biasanya menjadi ciri khas orang-orang Dayak yang kerap tinggal di pedalaman hutan Kalimantan sehingga mereka akrab dengan alam.
Manager Toko Mely Permata, Muhammad Jurjani, menjelaskan soal tas manik-manik kepada wartawan Banjarmasin Post. (Banjarmasin Post/Yayu)
Warna yang ditawarkan banyak, ada putih, kuning, hitam, hijau, merah, dan sebagainya.
"Paling laku yang berwarna hijau karena lebih menggambarkan suasana alam. Selain itu hijau juga warna khas Banjar," jelasnya.
Tas manik-manik bermotif Dayak ini memang sejak lama dijadikan oleh-oleh khas Kalimantan Selatan.
"Bahkan jauh sebelum saya mulai berjualan pada 1991 silam, tas atau dompet manik-manik ini sudah sering dijual sebagai oleh-oleh," katanya.
Bahan manik-maniknya itu didatangkan dari Jawa kemudian diolah oleh para perajinnya di Kampung Melayu, Martapura, dijadikan buah tangan cantik ini.
Menurut ceritanya, dulu para perajinnya itu membuat kerajinan tangan ini karena iseng saja.
Mereka kebanyakan bekerja sebagai petani.
Tas manik-manik. (Banjarmasin Post/Yayu)
Jika tidak sedang bekerja di sawah, sembari santai mereka menghabiskan waktu membuat kerajinan tangan ini.
"Ternyata hasilnya bagus dan banyak peminatnya lalu dijual oleh mereka," paparnya.
Manik-manik itu dijalin dengan rapi menggunakan benang hingga menjelma menjadi aneka macam tas, dompet dan sarung HP tersebut.
Sejak lama pula, banyak pelancong yang tertarik membelinya untuk dijadikan buah tangan.
"Biasanya yang dari luar Kalimantan Selatan yang banyak membelinya. Selain karena motifnya yang khas Kalimantan juga tampak natural karena bernuansa alam," katanya.
Toko Mely Permata ini memiliki banyak setoknya.
Toko ini berada di Blok B nomor 46, Kompleks Pertokoan Cahaya Bumi Selamat (CBS), Martapura.
Menuju komplek pertokoan ini pun sangat mudah karena berada di pinggir jalan negara, yaitu Jalan Ahmad Yani.
Dari Banjarmasin, bisa naik angkutan umum Taksi Hulu Sungai jurusan Martapura dari Terminal Induk Km 6.
Turunnya tepat di depan komplek pertokoan ini.
Per orang, tarifnya Rp 15.000 dan lama perjalanan sekitar satu jam.
Jika naik angkutan kota di dalam Kota Martapura atau Banjarbaru, bisa turun di depan komplek pertokoan ini dengan tarif Rp 5.000 per orang.
Jika ingin yang lebih santai, bisa juga mencoba jalur lain menuju CBS ini, yaitu lewat Jalan Martapura Lama.
Dari Banjarmasin, tak ada transportasi umum jika ingin lewat jalan ini, tetapi harus memakai kendaraan pribadi.
Jarak dan waktu tempuhnya lebih lama 30 menit jika dibandingkan dengan melewati Jalan Ahmad Yani.
Jika dengan melewati Jalan Ahmad Yani, waktu tempuhnya satu jam, maka lewat Jalan Martapura Lama ini bisa mencapai 1,5 jam.
Hal itu disebabkan jalannya yang memutar dan melewati beberapa desa di Kabupaten Banjar seperti Desa Gudang Hirang, Desa Teluk Selong Ulu, Desa Pasayangan, dan sebagainya.
Dari Banjarmasin, biasanya masuk ke Jalan Veteran di Kilometer 6, terus saja hingga ke perempatan Desa Pasayangan, kemudian belok ke kanan, sekitar 500 meter di sebelah kiri ada kompleks pertokoan ini.
Di sepanjang Jalan Martapura Lama, pelancong akan ditawari pemandangan alam berupa hamparan sawah, perkebunan, padang rumput dan perumahan tradisional warga.
Apalagi sekarang Kalimantan Selatan memasuki musim penghujan sehingga lahan hijau yang sebelumnya hangus terbakar sekarang tampak lebih segar.
Soal jalannya, mulus beraspal, walaupun kecil namun masih bisa untuk dua mobil berpapasan. (Yayu Fathilal)