Allegra juga membuat kesan artistik. Oleh karenanya, pemilihan nama kafe disesuaikan dengan konsep yang ada.
“Karena saya orang art, saya mau kafe ini tidak hanya menghadirkan atmosfer dari Melbourne, tapi juga menampilkan artistiknya. Jadi dari model building cafe ini yang kotak-kotak, saya berpikir sesuatu yang berhubungan dengan kotak tapi tetap ada art,” jelas lulusan Communication Design RMIT University Melbourne itu.
Dari sana didapat nama Pixelatte yang merupakan gabungan dari kata pixel dan latte.
Pixel berarti unit terkecil dari sebuah foto atau gambar yang berbentuk kotak.
Sedangkan nama latte, karena kafe ini juga menyediakan berbagai racikan kopi sebagai bagian dari menu spesialnya.
Pixelatte Cafe dapat menampung hingga 100 orang. Terbagi menjadi beberapa area untuk indoor dan outdoor dengan dua lantai.
Pada bagian halaman belakang, terdapat taman yang cukup luas dan bisa di-setting untuk berbagai acara.
“Taman itu rencananya mau dibikin tempat seperti yang ada di dalam, tapi lebih ke outdoor buat nongkrong-nongkrong. Misalnya nanti ada pesta atau sebagainya bisa dilangsungkan di taman itu. Jadi semacam multifunction area. Ke depan juga ingin jadi tempat untuk perkumpulan fotografer atau live band,” ucapnya.
Pixelatte Cafe memiliki jam operasional yang berbeda. Pada Senin kafe buka mulai pukul 12.00-22.00 Wita, Selasa hingga Jumat dan Minggu mulai pukul 11.00-22.00 Wita, dan di Sabtu buka mulai pukul 11.00-23.00 Wita.
Pizza Jadi Menu Favorit
Pixelatte Cafe menawarkan menu yang bervariatif.
Hidangan yang ada mengarah pada masakan western dan Asia.
Selain main dish, finger foods seperti nachos, cheese stick, dan fried calamari juga disajikan untuk teman ngemil.
“Kami menyesuaikan lidah pengunjung, jadi harus menampilkan masakan Asia juga. Jadi tidak bisa pure western seperti yang ada di Seminyak,” kata Allegra.