Laporan Wartawan Tribun Bali, Ayu Dessy Wulansari
TRIBUNNEWS. DENPASAR - Kafe Pintu Dapur berdiri sejak akhir Juni 2015 di Jalan Narakesuma No 38, Renon, Denpasar, Bali.
Kafe yang buka pukul 11.00-23.00 Wita ini bermula dari kerinduan sang pemilik, Tjokorda Bagus Pemayun, akan masakan lama Bali.
Ia akhirnya menghadirkan hidangan tradisional yang sudah jarang ditemukan.
Mi goreng bumbu bali. (Tribun Bali/Ayu Dessy)
Masakan tempo dulu itu yang akhirnya menjadi hidangan pada daftar menu di Pintu Dapur.
“Dari konsepnya memang lebih ke vintage. Jadi saya ingin mengangkat lagi makanan-makanan yang sudah tidak dijual lagi. Makanan di desa yang sering disuguhkan untuk orang ngayah,” kata pria yang biasa disapa Cok Bagus ini, yang menjalankan usaha bersama sang adik, Cokorda Istri Shara Devita Jasmine Pemayun.
Nasi Sager Pintu Dapur menjadi satu di antara hidangan yang ada di tempat ini.
Namanya mungkin masih asing di telinga anak muda perkotaan.
Maka dari itu, Cok Bagus ingin masakan khas di desa bisa ditemukan di kota.
“Ini makanan yang biasa saya dapat di pura. Karena tidak ada yang jual, jadi saya coba untuk buat di sini. Isinya sager yang terbuat dari parutan kelapa yang dibakar, gerang yang dirajang, dan bumbu Balinya,” ujar Cok Bagus yang juga personel Nosstress kepada Tribun Bali belum lama ini.
Satu porsi Nasi Sager Pintu Bali dihargai Rp 22 ribu.
Aneka hidangan khas Bali yang langka di Kafe Pintu Dapur. (Tribun Bali/Ayu Dessy)
Selain berisi sager, ada tambahan sayur urap, telur dadar, dan sambal bawang khas Bali yang disajikan di atas wadah dari nampan enamel dan dilapisi daun pisang.
Ada juga Nasi Pindang Bakar Pintu Dapur.