Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, PERCUT UJUNG - Menyaksikan pemandangan kebun buah melimpah, mulai nanas, sirsak, tebu, marqisa, hingga jambu dan mangga.
Kemudian Anda duduk di saung diatapi pohon Ribah yang rimbun seperti payung atau menyusuri sungai sepanjang 10 kilometer.
Wisata pedesaan semacam ini menjadi sulit ditemukan dengan menjamurnya wisata modern di perkotaan.
Menyusuri Sungai Percut Seituan. (Tribun Medan/Silfa)
Tapi ide wisata pedesaan itu pula yang digaungi pasangan suami istri Mahmuddin dan Rahmah untuk masyarakat kota yang tertarik menikmati suasana alam seluas 3 hektare.
Di tempat ini ditanami dengan aneka tanaman mangrove dan buah di kawasan lahan pinggir sungai Percut Seituan.
Nama tempat ini adalah Rumah Mangrove, letaknya di Jalan Desa Bagan, Percut Ujung.
Rahmah, penggagas lahan pinggir sungai ini menuturkan, sebelumnya lahan tersebut hanya berupa tanah berlumpur setinggi betis orang dewasa.
Namun belakangan, tepatnya 3 tahun lalu ia memulai penanaman beberapa bibit sawit untuk menyerap air dan mengeraskan tanah.
Kemudian ia dan suami mulai menanami sekitar 500 pohon Birah di sekitaran lahan tersebut.
"Ada target lahan hingga muara sungai sepanjang 10 kilometer juga akan kita tanami pohon Birah agar pemandangan saat menyusuri sungai semakin elok," timpal Mahmuddin.
Selain wisata mengenal tumbuhan cara pembabatan hingga perawatan di area pohon Birah, wisatawan juga akan diajak berkeliling menyusuri sungai dengan sampan mesin yang terbuka untuk melihat pemandangan pohon Birah.
Menikmati hidangan dengan suasana pedesaan. (Tribun Medan/Silfa Humaira)
Biayanya hanya Rp 15 ribu perorang atau Anda bisa menyewa kapal seharian dengan biaya Rp 500 ribu.
"Dengan begitu, wisatawan akan bebas melihat pemandangan di kiri dan kanan serta mendokumentasikan aktivitas nelayan menjala ikan serta mencari kerang dan kepiting," katanya.