News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata NTT

Saking Nyamannya Tidur di Wae Rebo di NTT, Mimpi, Dengkur dan Kentut Pun Tak Terasa

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rumah-rumah adat yang dijadikan penginapan di kampung kuno Wae Rebo di Manggarai, NTT.

Laporan Wartawan Pos Kupang, Egy Moa

TRIBUNNEWS.COM -- Wae Rebo begitu memesona. Letaknya di ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), bertengger kampung kuno Wae Rebo.

Kampung kecil dengan 7 rumah adat (gendang) berbentuk kerucut, dihuni turun-temurun selama 19 generasi.

Mencapai ke kampung yang entah kapan didirikan oleh leluhur orang Wae Rebo di arah barat daya kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, bukan mudah.


Traveler sedang berakrab ria di Kampung kuno Wae Rebo di Manggarai, NTT.

Perjalanan menggunakan mobil ditempuh tiga-empat jam sampai ke Dintor seterusnya ke Denge di kaki bukit.

Letak kampung di puncak deretan penggunungan Mandosawu butuh perjuangan ekstra. Maka isilah perut secukupnya dengan makanan dan bawalah air minum di tas karena tenaga bakal terkuras mendaki bukit selama 4,5-5 jam di tengah hutan lebat.

"Luar biasa! Semuanya masih serba asli. Selama ini saya hanya dengar cerita," Iwan Manasa, memulai ceritanya kepada Pos Kupang, Minggu.

(14/11/2105), sekembalinya mendampingi tim kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI mengunjungi Wae Rebo, pekan silam.

Kedatangan ke Wae Rebo, kata Iwan, memberi gambaran langsung kepada tim tentang keberadaan destinasi wisata budaya itu yang dilombakan dalam destinasi berbasis budaya di tingkat ASEAN.

Memang sudah banyak publikasi ke dunia, namun apa salahnya lebih menggelorakan keberadaan asset langkah yang tak dimiliki tempat lainnya di dunia ini.

Baru pertama kali ke Wae Rebo, Iwan menjabat pengurus DPP Partai Demokrat kagum dengan warisan bangunan tua yang terjaga keaslianya.

Jalan kaki 9 Km dari pukul 15.00 sampai tiba di lokasi pukul 20.00 Wita, mengurasi habis energi. "Ada dua pos yang harus kita lewati. Pos pertama dari parkiran di Denge sekitar 5 Km. Pos kedua pada Km 7 sampai Wae Rebo, 2 Km.

Sampai sudah malam, udaranya hangat dan segar sekali. Tidak terasa dingin seperti di Kota Ruteng," Iwan membandingkan.

Tujuh rumah adat berbentuk kerucut tersaji di tengah hutan di malam hari. Nyala lampu listrik dari generator hanya sama-samar,

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini