Namun pihaknya tetap bersyukur di era jaman seperti ini masih ada warga keturunan yang masih mau melestarikan budaya asli tiongkok ini. Kemungkinan mereka enggan melakukan ritual ini karena pengantin inginnya yang ringkas, selain itu juga banyak yang belum mengerti tentang upacara tradisi ini.
Di klenteng YSSI misalnya selama tahun 2015 hanya ada satu pengantin yang melakukan pemberkatan dan prosesi pernikahan dengan adat tradisi tiongkok. Sebelumnya tahun 2014 juga asa satu pengantin.
"Banyak yang tidak mengerti padahal banyak makna di dalamnya," lanjutnya.
Ia mencontohkan penancapan kembang emas kepada pengantin pria, dimaksudkan sebagai yang bersangkutan sudah dewasa.
Sementara penancapan tusuk konde kepada pengantin wanita bermaksud si istri harus mengikuti suami.
Demikian dengan ritual suap menyuap pengantin pria dan wanita berupa telor dan misua.
Telor dimaksudkan agar cepat diberikan keturunan sedang misua lambang agar di berikan panjang umur.
Selain itu ada pula ronde yang bentuknya bulat, melambangkan sebagai bentuk kebersamaan.
Dan diakhiri dengan minum teh manis sebagai lambang dan harapan yang datang adalah yang manis manis atau yang baik baik.
Untuk pembacaan liturgi dilakukan dengan bahasa Indonesia, sementara yang berupa doa dan mantra tetap di ucapkan dengan bahasa mandarin.
Sementara itu pasangan pengantin sepakat jika pemberkatan dan ritual ijab kabul ini dilakukan di klenteng agar momen penting ini disaksikan oleh para dewa dan leluhurnya.
"Kami ingin apa yang dilakukan ini adalah cara terbaik sekaligus untuk melestarikan budaya leluhur," papar Siddi yang terlihat sangat sumringah usai menjalani pemberkatan.