Bangunan warungnya terbuat dari kayu sisa bangunan rumah Sumijo yang hancur tersapu awan panas.
Maka tak heran, sebagian besar kayunya tampak menghitam bekas terbakar.
Di warung sederhana ini, Sumijo menjadikan kopi Robusta dan Arabica yang ditanam di sekitar lereng Merapi sebagai andalannya.
Kedua jenis kopi ini disajikan dalam dua varian, yakni original (kopi hitam) dan kopi susu.
Untuk mengubahnya menjadi secangkir kopi yang nikmat, bubuk kopi langsung direbus bersama air.
Hasil penyeduhan seperti ini sering disebut dengan kopi klothok.
Dijelaskan Sumijo, cirikhas Kopi Merapi dibanding dengan kopi daerah lain adalah rasanya yang cenderung soft atau ringan baik itu untuk jenis robusta maupun arabica.
"Karena pengaruh ketinggian, material vulkanik yang ada di lahan sekitar Merapi menghasilkan citarsa kopi yang ringan, dan sedikit asam. Selain itu banyak pengakuan dari para pelanggan yang sebenarnya mereka memiliki masalah lambung, tetapi tidak ada masalah saat meminum kopi Merapi," tambahnya.
Menyeruput secangkir kopi akan semakin menyenangkan dengan beragam kudapan tradisional seperti mendoan, dan pisang goreng.
Bukan hanya karena kopinya yang spesial, ngopi di warung ini akan menghadirkan sensasi yang berbeda karena lokasinya yang berada persis di kaki gunung Merapi.
Jarak tempat ini jika dari puncak Merapi hanya sekitar 7 kilometer.
Suasana sejuk khas pegunungan, tenang, jauh dari hingar bingar perkotaan menjadikan Warung Kopi Merapi ini tempat yang pas untuk santai bersama teman atau keluarga.
Maka tak heran warung kopi ini saat ini menjadi salah satu ikon wisata di lereng Merapi.
"Saat ini kami juga melayani paket coffe break bagi rombongan wisatawan lava tour. Dalam paket tersebut kami menyediakan kopi dan beragam makanan tradisional seperti kacang rebus, ubi rebus, pisang rebus, jagung rebus, mendoan, dan beberapa makanan lainnya," jelas Sumijo.
Harga untuk kopi dan makanan begitu terjangkau oleh semua kalangan.