Jika tidak bergambar bunga atau tanaman, biasanya bertulisan kaligrafi Arab yang berisikan ayat-ayat Alquran, dua kalimat syahadat, tulisan Allah dan Muhammad serta doa-doa yang bersumber dari ayat-ayat Alquran.
Membuatnya pun tak mudah dan tak bisa sembarangan.
Mereka kerap mengerjakannya di rumah mereka, biasanya dilakukan oleh para ibu rumah tangga.
Di antaranya adalah di Desa Mawar, Kecamatan Martapura Timur RT 5, Martapura, Kabupaten Banjar.
Karena dianggap suci dan agung, khusus arguci bertulisan ayat-ayat Alquran, perajinnya harus melakukan ritual tertentu sebelum membuatnya.
Hal itu dituturkan oleh perajin arguci lainnya, Ipah yang bermukin di Desa Mawar tersebut.
"Karena isinya ayat-ayat Alquran seperti Ayat Kursi, maka sebelum membuat argucinya kami harus berwudhu dulu," sebutnya.
Selain itu, jika perajinnya perempuan, haruslah dalam keadaan tidak haid.
Kalau sedang haid, mereka diharamkan menyentuh kain arguci apalagi sampai mengerjakan sulamannya.
Tujuannya tak lain adalah untuk menghormati firman-firman Allah yang dilukiskan dalam bentuk motif arguci tersebut.
"Itu kan dari ayat Alquran. Alquran kan dianggap suci dan mulia oleh umat Islam. Kalau tulisannya bukan ayat Alquran tidak perlu berwudhu seperti doa-doa berbahasa Arab, kalimat syahadat, lafaz Allah dan Muhammad. Walaupun lafaz Allah dan Muhammad juga ada di Alquran tetapi kebiasaan jamak di sini tidak perlu berwudhu dan yang haid juga boleh mengerjakan argucinya," sebutnya.
Sebelum diberi payet, arguci bertulisan ayat-ayat tersebut harus dilukis dulu sebagai sketsa awal motifnya.
Agar tak salah, apalagi tulisannya adalah ayat-ayat Alquran, maka mereka harus benar-benar teliti soal harakat dan huruf-hurufnya.
Terlebih lagi, tulisannya bergaya kaligrafi yang tak semua orang Islam bisa menulisnya.