Candi Barong adalah candi bercorak Hindu yang terletak di tenggara Kompleks Ratu Boko, Prambanan, Sleman.
Tepatnya di atas perbukitan Batur Agung, Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Dinamakan Candi Barong oleh penduduk setempat karena adanya hiasan kala pada setiap sisi tubuh candi.
Hiasan tersebut menyerupai singa/ barong.
Situs Candi Barong dibangun sekitar abad 9-10 Masehi yang kemudian ditemukan kembali pada abad 20 dalam kondisi runtuh.
Secara aresitektur, Candi Barong memiliki keunikan jika dibanding candi-candi lain di kawasan Prambanan.
Keunikan ini terlihat dari penataanya yakni memusat ke belakang.
Hal ini tidak lazim, karena pada umumnya penataan candi periode Jawa Tengah bersifat memusat ke tengah seperti candi Prambanan dan candi Sewu.
Penataan yang memusat ke belakang ini juga dijumpai di situs candi Ijo yang berada tidak jauh dari candi Barong.
Selain itu, bangunan candi berada di atas struktur punden berundak.
Kompleks candi ini memiliki pintu masuk di sebelah barat, lalu mengantar pada lahan berundak tiga.
Teras pertama dan kedua sudah tidak ditemukan bangunan candi, meskipun terdapat sisa-sisa lantai atau umpak.
Teras kedua merupakan area bukaan yang cukup luas.
Sebelum memasuki teras tertinggi terdapat gerbang paduraksa kecil yang mengapit tangga naik.
Di bagian tertinggi ini terdapat dua buah bangunan candi utama.
Karena berada di area perbukitan, candi Barong memiliki pemandangan yang cukup indah.
Di sisi barat anda bisa menyaksikan landskape wilayah Prambanan.
4. Candi Gebang
Candi Gebang berada di dusun Gebang, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DIY.
Berdasarkan data dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, candi ini ditemukan pada tahun 1936 oleh penduduk sekitar.
Candi ini berada di sebelah barat Stadion Intenasional Maguwoharjo.
Pada saat itu yang pertama kali ditemukan adalah sebuah arca Ganesha.
Berdasarkan penemuan tersebut Jawatan Purbakala saat itu melakukan penelitian dan penggalian dan diketahui bahwa arca tersebut merupakan bagian dari bangunan candi.
Hasil penggalin tersebut menemukan reruntuhan bangunan yang terdiri dari bagian atap candi, sebagian kecil tubuh candi, dan bagian kaki candi.
Berdasarkan penemuan tersebut pada tahun 1937 dilakukan pemugaran yang dipimpin oleh wwarga negara Belanda bernama Van Romondt.
Meskipun letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, tetapi letaknya yang cukup tersembunyi membuatnya cukup susah ditemukan.
Sesampainya di lokasi candi akan menemukan komplek candi yang tertapi apik dan terawat.
Posisi candi Gebang menghadap timur dengan bentuk bujur sangkar dengan ukuran 5,25 x 5,25 meter dengan tinggi 7,75 meter.
Masih berdasarkan data dari BPCB Yogyakarta tidak ada relief yang menghiasi bagian kaki candi.
Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi terletak di sisi timur.
Di dalam bangunan candi terdapa sebuah yoni.
Di kanan kiri pintu masuk terdapat relung tempat arca.
Di relung utara terdapat arca Nandiswara sedangkan relung selatan dalam keadaan kosong.
5. Candi Sari
Secara administratif candi Sari terletak di Desa Bendan, Kelurahan Tirtamartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Diperkiraan candi ini dibangun pada abad ke- 8 masehi hampir bersamaan dengan masa pembangunan Candi Kalasan.
Hal tersebut didasarkan pada beberapa persamaan baik dari segi arsitektur maupun relief di kedua candi.
Candi Sari merupakan salah satu candi yang unik dari sisi arsitektur, yakni menampakan bangunan bertingkat.
Candi ini kembali ditemukan dalam kondisi rusak yang cukup parah pada tahun 1840.
Pada tahun 1929 Candi Sari untuk pertama kalinya dipugar meski dalam kondisi tidak sempurna.
Pada pemumgaran pertama tersebut bagian selasar sekeliling bangunan, bagian pada pintu masuk, serta stupa atap tidak terpasang utuh karen sisa-sisanya telah hilang.
Candi Sari memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran 17,3 x 10 meter dengn konstruksi bertingkat.
Tinggi keseluruhan candi dari permukaan tanah sampai puncak stupa adalah 17 - 18 meter.
Candi Sari diperkirakan bangunan bertingkat dua atau bahkan tiga.
Lantai atas dulunya digunakan untuk menyimpan barang-barang untuk kepentingan keagamaan, sedangkan lantai bawah dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti belajar-mengajar, berdiskusi, dan kegiatan lainya.
Pada dinding luar candi dipahatkan relief-relief Bodhisatwa sejumlah 38 buah, yakni 8 di sisi timur, 8 sisi selatan, dan 14 sisi barat.
Relief-relief tersebut digambarkan berdiri dengan memegang bunha teratai.
Sedangkan pada sisi kanan dan kiri masing-masing jendel dipahatkan mahkluk kayangan berwujud kinara dan kinari yakni mahluk bertubuh burung dengan kepala manusia.
Atap candi berbentuk persegi datar dengan hiasan tiga buah relung di masing-masing sisi.
Bingkai relung juga dihiasi dengan pahatan sulur-suluran dan di atas ambang relung juga dihiasi dengan Kalamakara.
Puncak candi berupa deretan stupa, yang terdiri atas sebuah stupa di setiap sudut dan sebuah di pertengahan sisi atap. (*)
*Credit Foto: Tribun Jogja/Hamim Thohari