Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUNNEWS.COM, SEMARAPURA - Lesehan Merta Sari berawal dari usaha kecil-kecilan Almarhum I Nengah Sada pada 1980-an, yang pada saat itu hanya berjualan sup kuah ikan dan sambal bawang.
Sambal bawang. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Pengelola Lesehan Merta Sari, Ni Komang Yunianti mengatakan, makin lama semakin banyak peminat. Baru pada 1996 Lesehan Merta Sari mulai beroperasi.
Di Lesehan Merta Sari yang ada di Klungkung, Bali hanya menyediakan beberapa menu.
Namun, tempat makan ini selalu berjubel pembeli, saat jam makan siang, setiap Minggu, atau hari libur nasional.
Satu di antara menu favorit adalah sate lilit ikan. Komang Yuni memakai ikan tuna fresh dari tempat pelelangan ikan (TPI).
Ikan tuna dibersihkan, diambil dagingnya, dan diberikan campuran resep keluarga, dan dibakar.
Proses pembakaran hanya beberapa saat. Resep khas keluarga terasa nendang dan sedikit pedas. Dagingnya pun lembut.
Per hari rata-rata Lesehan Merta Sari menghabiskan sekitar 100 kilogram ikan tuna.
Satu kilogram ikan tuna bisa menjadi 50 tusuk sate lilit.
Lesehan Merta Sari. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Berbeda dengan di Minggu atau hari libur nasional, ikan tuna yang dihabiskan bisa mencapai 150 kilogram ikan tuna.
“Bahkan bisa sampai 250 kilogram ikan per hari. Jika dari TPI susah ikan, biasanya mengambil ikan ke Benoa yang diantarkan langsung ke sini,” ujar Komang Yuni kepada Tribun Bali belum lama ini.
Selain sate lilit ikan, sup kuah ikan pun menjadi favorit di Lesehan Merta Sari.
Kuah dari ikannya diberikan bumbu genep (bumbu khas Bali) yang ditambah sedikit resep keluarga.