Di situlah perjalanan sejauh satu setengah kilometer yang sesungguhnya akan Anda mulai.
Gua Buniayu. (Tribunnews.com/Irwan)
Tak hanya berjalan menapaki dasar gua, Anda akan memanjat, beringsut di antara bebatuan, merayap, menenggelamkan separuh tubuh dalam aliran sungai, hingga melawan pelukan lumpur pekat di kedua kaki.
Gua Cipicung dianggap mampu mewakili keindahan cave system di kawasan Asia Tenggara.
Tak heran, ragam gugusan batuan kapur yang terbentuk begitu memukau, sekaligus menantang Anda untuk menaklukkannya.
Sembari memanjat, menuruni, dan menyelinap di antara bebatuan, ribuan stalaktit dan stalakmit mengintai di berbagai sisi.
Anda tentu haruslah menjaga agar helm di kepala tak menebas juntaian stalaktit atau tangan dan kaki tak khilaf mematahkan stalaktit serta stalakmit.
Sebab, dibutuhkan waktu setahun untuk mereka tumbuh sepanjang satu milimeter saja.
Aliran air tak lupa menjadi kawan dalam perjalanan lantaran sebagian jalur penjelajahan dilewati sungai.
Air yang mengalir tersebut sekaligus menjadi tanda bahwa oksigen masih tersedia secara baik di dalam sana.
Menjelajahi Gua Buniayu, Sukabumi. (Tribunnews.com/Irwan)
Kedalaman air beragam, mulai dari setinggi mata kaki hingga sebatas dada orang dewasa.
Tak perlu takut bahaya gigitan hewan berbisa mengancam, sebab tak seekor ular pun akan bertahan hidup dalam gua.
Tentu ada beberapa jenis hewan yang hidup dan dapat ditemui dalam gua tersebut.
Mereka, antara lain kelelawar, jangkrik buta, laba-laba, dan udang purba.
Jangkrik buta memiliki antena yang panjang.