Setelah mendapatkan tiket, pengunjung bebas masuk ke kawasan, atau langsung mendaki ke beberapa spot sesuai keinginan.
Jalur pendakian cukup baik, petunjuk jelas, dan dari empat pos yang ada hingga puncak, ada shelternya yang cukup bagus.
Pengelolaan kawasan wisata ini sudah profesional.
Banyak paket wisata ditawarkan oleh pengelola, antara lain; live in, outbond, paket makrab, camping, paket sunrise dan sunset, dan yang unik paket kunjungan ke kampung pitu di puncak timur Nglanggeran.
Tarif paket bervariasi mulai Rp 55 ribu/orang hingga Rp 300 ribu/orang.
Perintis wisata gunung api purba Nglanggeran ini bernama Sugeng Handoko.
Pemuda asli Patuk ini cukup beken, kerap diundang di forum-forum usaha mandiri karena inisiatifnya yang menginspirasi.
Gunung Nglanggeran disebut gunung api purba karena memang secara geologis dulunya gunung berapi yang aktif sekitar 60 juta tahun lalu.
Kala itu posisinya tidak seperti sekarang. Nglanggeran merupakan gunung api bawah laut.
Proses kebumian membuat gunung itu terangkat ke permukaan dan puncaknya kini terlihat menonjol sebagai gundukan-gundukan batuan beku berupa andesit, lava dan breksi andesit yang spektakuler.
Gunung Nglanggeran bisa disebut sudah mati karena tak ada lagi aktivitas vulkanik.
Pendakian menuju puncak dari pintu masuk gunung kira-kira bisa ditempuh satu jam untuk pergerakan cepat.
Untuk yang nanjaknya "woles" maksimal dua jam sampai ke puncak Gede yang ada tiang dan bendera merah putihnya.
Buat yang tidak sanggup nanjak, mendaki hingga Pos I dan kongkow di gundukan batu yang disebut gunung Bagong sudah lumayan.