Dari titik pandang ini, panorama cantik di selatan dan barat gunung terhampar jelas.
Menuju Pos I ini ada rute unik melewati celah sempit di antara batu besar dan tebing raksasa yang menjulang. Celah ini hanya leluasa dilewati satu orang.
Ada undak-undakan batu di teras terbawah sebelum pengunjung mesti meniti anak tangga dari kayu-kayu yang dipasang pengelola.
Menjelang ujung atas celah, badan dan kepala mesti menunduk karena di antara celah itu terselip bongkahan batu cukup besar.
Tidak ada yang tahu sejak kapan batu itu nyelip di celah itu.
Dari titik sesudah celah, perjalanan menuju Pos I tinggal kira-kira lima menit saja.
Buat yang ingin langsung "ngegas" ke puncak, perjalanan bisa dilanjutkan dengan mudah.
Perjalanan dari pintu masuk ke Pos I ini ibaratnya pemanasan atau aklimatisasi. Jika mampu melewati pos ini, perjalanan ke puncak niscaya lancar jaya.
Beberapa titik pelataran di kawasan puncak sangat cocok dan nyaman untuk dijadikan lokasi berkemah buat yang ingin menginap.
Atau barangkali buka tenda sekiranya ingin seharian kongkow di kawasan puncak. Lokasi untuk kemah ini terlindung pepohonan dan bebatuan besar.
Tribun Jogja yang "ngabuburit" ke gunung Nglanggeran, Sabtu (11/6/2016) sore, bertemu serombongan mahasiswi dari Yogya yang hendak nge-camp di puncak.
Pertemuan persis terjadi di celah pendakian sebelum Pos I, saat adzan Magrib berkumandang.
Belasan pengunjung lain lebih dulu menuju puncak, seolah mengejar waktu berbuka puasa.
Buat yang ingin menghabiskan waktu menikmati senja hingga malam menjelang, jangan lupa untuk membekali diri dengan senter dan rain coat (mantel hujan).
Jalur yang berundak-undak, licin karena sebagian berupa tanah merah dan batuan berlumut, membuat pengunjung harus ekstra hati-hati.
Di beberapa titik jalur bersisian dengan tebing dan lerengan yang cukup curam.
Sekalipun pendakian ke puncak Nglanggeran tergolong ringan, jangan pernah sekali-sekali mengabaikan alam bebas.
Anda berminat? Tungga apa lagi? Yuk, ke puncak Nglanggeran.(Setya Krisna Sumarga)