Setelah diambil dari pohon, buah kolang-kaling lantas dipisahkan dari tangkainya dengan menggunakan golok, setelah itu direbus menggunakan drum selama 3-4 jam lamanya.
Usai dimasak, kolang-kaling lantas didiamkan dan dikupas untuk mendapatkan daging buahnya, proses terakhir adalah memipihkan buah kolang-kaling dengan cara menjepit kolang-kaling menggunakan kayu yang sudah dibentuk dengan khusus.
Nah, kolang-kaling yang dipilih adalah kolang-kaling muda sehingga daging buahnya tidak keras, warnanya pun putih bersih sehingga menggoda selera saat diolah.
Selain melihat langsung proses pengolahan kolang-kaling, kita bisa bersantai sembari menikmati pemandangan wilayah Lampung lewat sebuah rumah pohon yang diberi nama Felicia Platform.
Sebelum menaiki rumah pohon ini, kita diharuskan untuk melapor dahulu kepada polisi hutan yang bertugas di area ini.
Bukan tanpa alasan, keharusan melapor ini tidak lain adalah demi keselamatan kita saat menikmati pemandangan yang disuguhkan dari ketinggian rumah pohon.
Tentu kita tidak menginginkan ada hal tak diharapkan terjadi saat kita tengah asyik menikmati dan juga mengabadikan keindahan alam di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman ini.
Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman ini sangat dekat dan mudah dijangkau karena letaknya yang tidak jauh dari pusat kota yaitu 10 kilometer dari Terminal Induk Rajabasa, Bandar Lampung. (ana)