Sebaran produknya, 60 persen ke segmen ritel, 35 persen ke segmen horeka dan sisanya via penjualan online dan event.
"Penjualan kita mencapai 1-2 ton per hari atau 40 ton per bulan. Bahan baku tehnya kita datangkan dari petani Jepang di Kyoto ada 10 an petani besar yang jadi mitra kita. Kita seleksi yang rasa matcha khas Indonesia. Kita komit blending GA pakai pemanis buatan, maupun pewarna buatan," beber Lintang.
Untuk mendorong lebih banyak lagi masyarakat yang mengonsumsi matcha, di acara bertajuk talkshow National Matcha Day with Matchamu, juga digelar kegiatan food test dan matcha pairing bersama Chef Stefani Horison.
Ditampilkan pula aneka jajanan dan minuman dengan bahan matcha seperti dari Indomilk dengan Matcha dan Hojicha Latte-nya, Uji Matcha dengan varian dessert matcha, Coklat nDalem yang membawakan cokelat matcha berbalut genmaicha yang crunchy, sereta Roti Panggang OTW yang khas dan gurih dan es krim matcha-hojicha-dan sakura dari Threefolks Creamery.
Ratna Somantri, founder Indonesia Tea Institute mengatakan, dibandingkan dengan di Jepang, persepsi orang mengonsumsi teh di Indonesia memang berbeda.
"Teh dipersepsi oleh orang Indonesia sebagai sesuatu yang murah dan minuman biasa. Ini berbeda dengan di Jepang," ujar Ratna.
Dia menyebutkan, matcha memiliki sejumlah manfaat buat kesehatan.
Matcha banyak mengandung antioksidan. Bentuknya yang berupa powder membuat kandungan antioksidan pada matcha bisa lebih maksimal dimafaatkan.
"Bagi saya matcha minuman untuk relaksasi. Untuk dinikmati, enak dan refreshing meski karakternya bukan sebagai minuman kesehatan," jelasnya.
Lintang menambahkan, variasi produk Matchamu kini dibuat beragam mulai dari Banana Latte, Pineapple Latte, Mango Latte, Sakura Latte, Chai Latte, Choco Latte, Pineapple Latte, Teh Tarik, Thai Tea dan sampai Red Velvet Latte.