Untuk mengenang peperangan ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membangun monumen Puputan Bayu di pintu masuk Desa Bayu.
Kini, lokasi pertempuran yang dikenal dengan nama Rowo Bayu ini menjadi tujuan wisata alam karena pemandangan yang menarik dan suasana yang tenang serta damai.
Pemeluk Hindu di Banyuwangi dan Bali juga menjadikan Rowo Bayu sebagai tempat bersuci maupun semedi dan sembahyang.
Selain itu, di kawasan Rowo Bayu banyak mengalir mata air (sendang) yang semua alirannya mengalir menjadi satu ke danau (Rowo Bayu).
Bahkan, beberapa mata airnya diyakini memiliki khasiat membuat awet muda bagi yang meminumnya.
Selain indah, Rowo Bayu juga memiliki aura mistis.
Ada beberapa aturan yang tak boleh dilanggar ketika berkunjung.
Meski begitu, tak banyak pengunjung yang tahu akan aturan tak tertulis tersebut.
Aturan tersebut adalah pengunjung diminta untuk tidak berputar arah ketika menyusuri jalan setapak yang mengelilingi danau.
(Tribunnews.com, Renald) (Kompas.com, Ady Prawira Riandi)