Stasiun terdekat adalah Stasiun Bukit Duri yang letaknya 400 meter sebelah selatan Stasiun Manggarai.
Jalur kereta dikemudian hari dibeli dan dikuasai oleh perusahaan SS sejak 1913.
Setelah itu dilakukan penataan ulang jalur kereta api di Jakarta dan dibangunlah Stasiun Manggarai yang dipimpin oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt.
Empat tahun kemudian, tepatnya pada 1 Mei 1918 Stasiun Manggarai diresmikan.
Baca juga: Pengembangan Stasiun Manggarai Jadi Stasiun Sentral Butuh Waktu Minimal 5 Tahun
Baca juga: KAI Aktifkan Peron 8 Stasiun Manggarai untuk Optimalisasi Pola Transit
Dikutip dari laman Heritage KAI, Stasiun Manggarai juga sekaligus berfungsi sebagai dipo penyimpanan kereta-kereta besar.
Banyak kereta kelas eksekutif dan bisnis diparkir di stasiun ini yang selanjutnya akan menuju ke stasiun Gambir atau Jakarta Kota.
Terdapat pula balai yasa Manggarai, yang merupakan bengkel untuk melakukan perawatan rutin dan mereparasi kereta-kereta penumpang.
Tak hanya itu, sejarah pembangunan stasiun Manggarai, turut dibangun pula rumah dinas untuk para pegawai Staatsspoor en Tramwegen (SS).
Dalam sejarahnya, Stasiun Manggarai mempunyai nilai historis yang tinggi.
Menurut laman Heritage KAI, stasiun ini merupakan stasiun awal keberangkatan pemindahan ibukota sementara ke Yogyakrta pada 4 Januari 1946.
Segala persiapan rahasia untuk perjalanan Presiden dan Wakil Presiden pun dilaksanakan di stasiun ini.
Panglima Besar Jenderal Soedirman juga pernah singgah di Stasiun Manggarai dalam rangka menghadiri perundingan gencatan senjata di Jakarta.
Saat itu, kedatangan Panglima dan rombongan di Stasiun Manggarai pada 1 November 1946 disambut sorak sorai rakyat Indonesia.
Dikutip dari laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id, Stasiun Manggarai saat ini telah di tetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya.
Penetapannya tertuang dalam SK Gubernur No. 475 Th. 1993, 29 Maret 1993; Minister of Tourism No. 011/M/1999, 12 Januari 1999; SK Menbudpar No: PM.13/PW.007/MKP/05, pada 25 April 2005.
(Tribunnews/.com/Tio)