Doa dalam Shinto berbeda dengan doa dalam beberapa agama lain.
Banyak doa di kuil Shinto lebih mirip dengan harapan atau permohonan, seperti kesehatan dan kebahagiaan untuk diri sendiri dan orang terdekat, keselamatan dalam kelahiran, perlindungan dari bencana alam atau kecelakaan, atau bahkan kesuksesan dalam akademik, olahraga, atau bisnis.
Setelah selesai berdoa atau membuat permohonan, bungkukkan badan sekali lagi, putar badan, dan menjauh dari kotak sumbangan agar orang berikutnya bisa melaksanakan ritualnya.
Hal yang Perlu Diperhatikan
Meskipun ini adalah langkah tradisional dalam mengunjungi kuil Shinto, tidak semua orang Jepang secara ketat mengikuti setiap langkah tersebut.
Sebagai contoh, beberapa orang mungkin hanya berjalan melewati torii tanpa berhenti untuk membungkuk, atau bahkan melewatkan langkah mencuci tangan dan berkumur, terutama setelah pandemi.
Begitu juga, tidak semua orang menganggap penting untuk meletakkan tangan kanan sedikit lebih rendah dari tangan kiri saat tepuk tangan atau berdoa.
Buat wisatawan asing, orang Jepang umumnya tidak akan terlalu mempermasalahkan jika kamu melewatkan beberapa langkah tersebut.
Namun, penting untuk menghindari tindakan yang secara terang-terangan melanggar tata krama, seperti memanjat torii, menuangkan air kembali ke dalam air mancur, membunyikan lonceng hanya untuk mendengar suara tanpa memberi sumbangan, atau melemparkan koin ke dalam kotak dari jarak jauh seperti sedang bermain bola basket.
Ini dapat membuat penduduk lokal merasa terganggu, terutama di masa-masa ketika perilaku tidak sopan dari turis luar negeri semakin menjadi masalah di Jepang.
Meskipun kamu tidak mengikuti langkah-langkah tradisional sepenuhnya, mengetahui dan mengingatnya akan membantu kamu untuk tidak mengganggu orang lain dalam melaksanakan tata krama mereka.
Ambar/Tribunnews