Bertangan dingin
Jejak gemilang Rizal Ramli di bidang makro dan mikro ekonomi juga terekam pada banyak kisah. Rizal Ramli juga dikenal sebagai ekonom bertangan dingin. Ketika menjadi Sekretaris Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK), Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), dan Menko Perekonomian. Sejumlah kebijakan terobosannya terbukti mampu menjadi solusi yang cepat dan tepat.
Di Bulog, misalnya, Rizal Ramli ingin menghendaki citra bulog yang lebih baik. Langkah restrukturisasi besar-besaran pun mulai digulirkan. Terjadi pergantian dan mutasi lima jabatan eselon satu dan dua. Semua itu dilakukan agar Bulog menjadi organisasi yang transparan, akuntabel, dan lebih profesional.
Keberpihakan kepada para petani, diwujudkan dalam bentuk peningkatan pembelian gabah, bukan beras dari petani. Bukan rahasia lagi, pembelian beras oleh Bulog kerap menimbulkan kecurangan yang dilakukan oleh para tengkulak. Mereka membeli beras petani, kemudian dioplos dengan beras impor, lalu dijual ke bulog.
Cara seperti itu, tentu saja merugikan para petani karena beras yang dihasilkan di sawahnya cuma sebagian kecil yang dibeli oleh Bulog. Itulah sebabnya sebagai Kepala Bulog, Rizal Ramli kerap turun ke lapangan, ke desa-desa untuk bertemu dengan para petani.
Dia juga melakukan sejumlah perubahan radikal. Antara lain, merapikan rekening-rekening ‘liar’ yang jumlahnya mencapai 119 rekening menjadi hanya 19 rekening saja. Rizal Ramli pun memerintahkan sistem akuntansi Bulog diubah supaya lebih transparan dan accountable. Dana off budget harus menjadi on budget. Dia mewariskan Rp 1,5 trilliun dari Bulog hasil penghematan dan effisiensi.
Jejak cemerlang lainnya bisa ditemukan saat dia melakukan operasi penyelamatan PLN dari bayang-bayang kebangkrutan karena mark up puluhan proyek pembangkit listri swasta. Dia mengambil inisiatif untuk melakukan revaluasi aset BUMN.
Hasilnya, asset sebelumnya hanya Rp 52 triliun melambung jadi 202 triliun. Sedangkan modal dari minus Rp 9 triliun menjadi Rp 119,4 trilliun. Dia juga arahkan negosiasi utang listrik swasta PLN dari 85 miliar dolar AS turun menjadi 35 miliar dolar AS. Ini menjadi sukses negosiasi utang terbesar dalam sejarah Indonesia.
Juga ada kisah suksesnya merestrukturisasi seluruh kredit properti, UKM, dan petani tahun 2000. Rizal Ramli berhasil menggaet dana hingga Rp 4,2 triliun tanpa menjual selembar pun saham BUMN.
Caranya, dia menghapus cross ownership alias kepemilikan silang dan manajemen silang (cross management) antara PT Telkom dan PT Indosat di puluhan anak perusahaannya. Lewat kebijakan ini, negara memperoleh pendapatan berupa penjualan silang saham dan pajak revaluasi aset kedua perusahaan senilai Rp 4,2 triliun.
Dan yang tidak kalah pentingnya, kedua perusahaan tersebut jadi bisa bersaing secara sehat. Ujung-ujungnya, konsumen juga diuntungkan.
Tulisan ini akan segera berubah menjadi daftar sukses Rizal Ramli di ranah ekonomi makro dan mikro. Kalau sudah begitu, maka rasanya kok jadi kurang elok, ya. Tapi kalau Anda penasaran, silakan cari infonya.
So, kesimpulan apa yang bisa dipetik dari ‘penugasan’ RR di BNI sebagai Komut? Kalau kita ber-husnudzon alias positive thinking, maka anggap saja pemerintah sedang minta tolong dia merapikan BNI. Dengan begitu, diharapkan BNI bisa terbang lebih tinggi lagi.
Ujung-ujungnya BNI akan mampu memberi kontribusi lebih kepada para stakeholeders-nya, baik pemerintah, pemegang saham, karyawan, dan juga rakyat Indonesia melalui setoran dividen dan pajak-pajaknya ke negara. Begitu, kan?
Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS)
edymulyadilagi@gmail.com