Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila
TRIBUNNEWS.COM - Barisan kalimat kecelakaan maut di puncak sebagai berita di harian Kompas 6 september 2015 yang beriringan dengan musibah tenggelamnya perahu di perairan Malaysia yang menimbulkan korban 21 WNI serta belum hilangnya ingatan tentang kecelakaan Trigana Air di Papua telah mengkonfirmasi budaya keselamatan belum menjadi hasil adab bangsa inheren tindakan atau HABIT.
PERMATA atau Perencanaan Matang dari semua sektor memberi indikasi minimalis alih-alih daripada tiada. Bangsa telah ikut mendarma baktikan kecintaan kepada manusia dan kemanusiaan di tanah air baik melalui kerja, kerja kepemerintahan kementerian perhubungan, kepolisian negara Republik Indonesia, Basarnas, KNKT yang disemangati kerja luhur PMI serta komunitas relawan sosial bahkan kerja perlindungan jiwa Asuransi Jasa Raharja.
Kesemua perbuatan nasional tersebut membutuhkan satu hentakan masif berupa maklumat keselamatan sebagai Perolehan Utama Negara Capaian Adab Keselamatan atau PUNCAK untuk dialirkan sebagai diksi atau pilihan kata yang mengikat alam fikir komitmen batin/jiwa serta turunan tindakan negara dan citizen dalam satu tarikan nafas.
Beberapa kontribusi perilaku manusia seperti minim ketrampilan mengemudi, ketidakpahaman dan ketidaktahuan, kelalaian yang "ditemani" sembrono seenaknya dan semaunya, terlalu percaya diri bermerk nekat, letih stres serta kesehatan yang menurun dan faktor ekonomi yang dilambari hasrat ingin cepat sampai biaya murah juga memerlukan Tindakan Edukasi Rasional Aplikatif Persuasif Intensif atau TERAPI.
Pendirian Institut Kebugaran Mental Publik sebagai unit integral dari Puskesmas dapat dijadikan wahana rujukan masyarakat luas untuk memberikan pelayanan merehab ulang status kebugaran mental Pengemudi Elemen Negeri Dedikasi Amanah Ramah Aksi Teladan atau PENDARAT mencapai level sehat baik melalui edukasi publik maupun terapi bergenre psikis psikologis termasuk medis.
Masyarakat luas juga dapat berkonsultasi di IGARANMETALIK untuk mendapat Observasi Kebugaran Skala Individu Guna Evaluasi Normatif atau OKSIGEN.Terbentuknya wadah pencerahan publik berupa Pusat Opini Jaringan Orientasi Keselamatan Publik atau POJOK Publik di media massa yang secara reguler menampilkan Kreasi dan inovasi kampanye Keselamatan publik yang Solutif Edukatif Gaya Aplikatif Rasional atau SEGAR.
Barisan dan tone politikal will pemerintah dan dpr untuk merancang Gerakan Nasional Sadar Akibat Bencana Upaya Keselamatan atau SABUK Nasional baik melaluilegal drafting, pendistribusian kerja kerja peradaban keselamatan di lembaga pendidikan pondok pesantren maupun alat potensi abdi republik amanah teladan utama rakyat atau APARATUR.
Penyampaian Kampanye Keselamatan yang RATURALA atau Darat Udara Laut disajikan dengan strategi Profesional Responsif Influentif Materi Aplikatif atau PRIMA semisal padupadan Ojo Ngebut Mas I Love You sebagai ikhtiar mengingatkan dengan bahasa persaudaraan.
Ditengah tengah capaian 70 tahun kemerdekaan tetap dibutuhkan semangat lebih untuk mendorong budaya keselamatan tumbuh dengan kesadaran publik dan tuas pengendali perubahan tersebut adalah komitmen negara berkeselamatan lahir batin jika yakin Pancasila Indonesia, Indonesia Pancasila, Ayo Maju Maju 3x.