TRIBUNNERS - Meskipun berasal dari habitat yang sama, tanaman Cantigi kalah pamor dari bunga Edelweiss. Namun tanaman yang memiliki nama latin Vaccinium Varingiaufolium ini sangat berjasa bagi para pendaki gunung.
Tanaman ini hanya tumbuh di wilayah pegunungan, dan dapat ditemui hampir di semua gunung di Indonesia.
Biasanya vegetasi tanaman ini terdapat di dekat puncak, atau di puncak gunung, di area yang sama dengan tempat Edelweis tumbuh.
Pohon Cantigi banyak memberikan bantuan kepada para pendaki, akarnya yang kuat mencengkeram”tanah dan tebing sering menjadi tumpuan atau pegangan pendaki ketika merangkak naik dan turun gunung.
Pohon ini pulalah yang melindungi pendaki dari terjangan badai dan juga menyediakan lantai yang nyaman untuk bivak.
Ia menghasilkan buah dan pucuk daun yang bisa dimakan untuk menambah stamina serta nutrisi bagi para pendaki dan juga berkhasiat sebagai obat demam dan penyegar badan.
Cantigi memiliki daya tahan yang hebat, dapat tumbuh di tempat yang tinggi dimana sedikit tersedia akses makanan dan nutrisi.
Cantigi juga merupakan tumbuhan yang tahan terhadap asap belerang dan tanah kawah beracun.
Sehebat apapun badai, Cantigi tak akan tumbang.
Kuat mengadapi cuaca dingin dan panas yang ekstrim.
Kita bisa menikmati keindahan pohon Cantigi pada bulan Juli - Agustus, karena pada bulan-bulan tersebut Cantigi akan berbunga.
Bunganya berukuran kecil berwarna ungu gelap, berbentuk lonceng dan berbau seperti almond.
Kayunya sangat keras, daunnya agak tebal. Ketika muda bewarna kemerahan, kemudian akan berubah menjadi oranye, kekuningan dan akhirnya menjadi hijau.
Pada saat itu Cantigi akan berbuah, berbentuk seperti beri warna hitam. Karena memang tumbuh di puncak-puncak gunung, dengan segala kegunaan yang didapat sudah selayaknya Cantigi dijaga dan dilestarikan di habitat asalnya.