News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

LBH Jakarta Minta Polisi Cegah Kekerasan Terhadap Jamah Ahmadiyah Bangka

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LBH Jakarta mendesak kepolisian setempat baik tingkat provinsi maupun Kabupaten Bangka untuk mengambil tindakan pencegahan, serta melakukan penindakan hukum tegas kepada para pelaku intoleransi,
kekerasan dan penyebaran kebencian.

Bupati Bangka harus segera mencabut kebijakan diskriminatif yang ditujukan terhadap JAI.

Bupati sebagai kepala daerah juga dalam hal ini harus bertanggung jawab bilamana terjadi pengusiran maupun tindak kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya korban maupun perusakan atau kehilangan harta benda yang dialami oleh kelompok JAI.

Dalam kesempatan lain, Alghiffari Aqsa, Direktur LBH Jakarta menyatakan bahwa 4 (empat) pilihan penanganan yang dikemukakan oleh pemerintah Kabupaten Bangka yang berupa meninggalkan Bangka atau pemulangan,  evakuasi sementara waktu, lokalisir dengan melakukan pembinaan, serta ditempatkan di suatu tempat seperti lahan pertanian, jelas bertentangan dengan Konstitusi dan bukanlah solusi atas akar permasalahan yang dihadapi.

"Tindakan serta kebijakan Pemerintah Daerah setempat yang menyeleweng dari semangat Konstitusi dan janji Presiden dalam Nawacitanya (terutama butir ke-9), menurut kami merupakan tindakan insubordinasi dan
berbahaya bagi kesatuan serta kebhinekaan Indonesia. Ancaman disintegrasi bangsa justru dipicu oleh sikap para pihak baik pejabat maupun aparat pemerintah, atau kelompok masyarakat yang intoleran serta vandal seperti ini,” terang Alghif.

”Oleh karenanya Presiden R.I. harus menindak tegas pihak-pihak tersebut. Jangan sampai bangsa kita mengulang kembali sejarah kelamnya 5 (lima) tahun lalu dalam menyikapi kebhinekaan,” tutur Alghif
mengakhiri pernyataannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini