Ditulis oleh : Asti Tyas
TRIBUNNERS - Wakatobi, surga nyata bawah laut di jantung Segitiga Karang Dunia, mempunyai arti penting bagi jaringan ekosistem laut tropis Indo-Pasifik dan keanekaragaman hayati laut dunia.
Wakatobi memiliki 942 spesies ikan dan 750 spesies terumbu karang dari total 850 spesies terumbu karang di dunia.
Data Kabupaten Wakatobi menunjukkan jumlah nelayan tangkap ikan perairan laut mencapai lebih dari 31.000 orang.
Ironisnya, sumber daya laut tersebut semakin menipis akibat penangkapan ikan secara berlebihan dan menggunakan alat tangkap tidah ramah lingkungan.
"Sekarang harus pergi lebih jauh, 5-8 jam naik kapal dari desa. Ikan hasil tangkapan juga kecil-kecil ukurannya. Padahal kita harus keluar biaya 100-150 ribu rupiah untuk beli solar sekali melaut. Keuntungan semakin kecil. hanya cukup untuk hidup. Sepuluh tahun yang lalu, terumbu karang masih bagus. Sekarang sudah banyak yang rusak, ikannya jadi pergi," ujar Chusairi, nelayan desa Mola Selatan.
Lebih dari 70 persen nelayan Desa Mola menangkap ikan di Zona Pemanfaatan Tradisional Karang Kapota.
Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) merupakan salah satu solusi mengatasi tantangan ini.
Melalui PAAP, nelayan kecil dan masyarakat sekitar kawasan mendapatkan hak khusus untuk mengelola dan memanfaatkan area tangkapnya berdasarkan peraturan, secara bertangggung jawab dan berkelanjutan.
“Program PAAP diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama nelayan kecil yang hidup di dalam kawasan. Hal ini sejalan dengan fungsi Taman Nasional (TN) Wakatobi yang diresmikan sebagai Cagar Biosfer Dunia sejak April 2012. Cagar Biosfer Dunia berperan dalam menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan,serta mempromosikan solusi lokal untuk memecahkan tantangan kemanusiaan yang dihadapi di wilayah tersebut," ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai TN Wakatobi,La Ode Ahyar Thamrin Mufti.
Asisten Satu Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Amiconi, mengatakan, “Melalui Program Pride PAAP, nelayan lokal dilibatkan dalam pengelolaan laut supaya lestari berkelanjutan bagi anak cucu di masa depan. Nelayan lokaldapat berkontribusi langsung dalam mengawasi dan melestarikan laut untuk meningkatkan kesejahteraannya.Apalagi Wakatobi merupakan masuk Sepuluh Besar pengembangan tujuan pariwisata Indonesia.”
Peluncuran Kampanye Pride PAAP di TN Wakatobi dihadiri juga oleh Kapolres Wakatobi, Koramil Wangi-Wangi, Danpos Angkatan Laut Wakatobi, Kepala BTN Wakatobi, seluruh Kades di Mola Raya serta perwakilan instansi terkait.
"Ini momen penting untuk menggalang dukungan nelayan dalam menjaga, mengatur dan memanfaatkan sumber daya laut secara bertanggung jawab. Diharapkan upaya ini dapat menjamin ketersediaan ikan dan menjaga ekosistem terumbu karang untuk menyokong kehidupan nelayan secara berkelanjutan," ujar Ayub Gerit Polii, Manajer Kampanye Pride PAAP di TN Wakatobi.
"Kampanye Pride PAAP menggunakan pendekatan pemasaran sosial yang memanfaatkan berbagai saluran komunikasi pemasaran komersial untuk menyentuh hati dan pikiran khalayak sasaran serta mendorong aksi perubahan perilaku masyarakat. Tujuannya ialah mengurangi ancaman bagi sumber daya, khususnya perikanan, serta mencapai dampak konservasi dan dampak sosial berkelanjutan," tuturnya.
Koordinator Kelompok Kerja Nelayan Desa Mola, Hartono, menyatakan, ”Kami sangat mengharapkan dengan adanya program PAAP kedepannya hasil tangkapan nelayan Mola semakin meningkat. Ikan semakin banyak dan lokasi menangkap ikan jadi lebih dekat lagi.”
Program PAAP merespon kebutuhan nelayan kecil dalam menjaga mata pencahariannya dengan memberikan peran serta pengelolaan, termasuk pemanfaatan secara bertanggung jawab kepada nelayan kecil yang berdiam di dalam atau sekitar kawasan konservasi.
Program PAAP merupakan hasil kerja sama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Konservasi dan Keanekeragaman Hayati Laut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemdan Rare Indonesia.
Pada 17 Februari 2016, program ini diluncurkan secara nasional di Jakarta.
Program ini mengembangkan kapasitas 15 lembaga mitra pelaksana lokal yang memangku 15 kawasan konservasi dari Sabang hingga Kaimana untuk periode 2014−2017.
Salah satunya ialah Balai TN Wakatobi. Nantinya, 15 kawasan ini akan menjadi model pengelolaan perikanan di Indonesia, sehingga ke depannya dapat direplikasi di daerah lain.
PAAP merupakan inovasi dalam pengelolaan kawasan konservasi. Kampanye Pride bagi perikanan berkelanjutan di Pulau Tomia, TN Wakatobi periode 2012–2014 telah membuktikan hasil nyata.
Data monitoring biofisik oleh BTN Wakatobimenunjukkan peningkatan jumlah ikan Kakap Merah dari 71 individu per kelompok pada tahun 2012 menjadi 109 individu per kelompok pada tahun 2014.
Oleh karena itu, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Rare Indonesia optimis bahwa terobosan iniakan membawa dampak positif bagi pengelolaan kawasan konservasi laut dan keberlanjutan sumberdaya perikanan Indonesia.
Rare dan mitra melalui kampanye Pride mempromosikan perubahan perilaku pada pengguna sumberdaya, pemangku kepentingan, pelaku pasar dan pembuat kebijakan di kawasan untuk memperoleh komitmen serta aksi nyata terkait pengelolaan berkelanjutan dari kawasan konservasi dan sumberdayanya.
"Melalui Kampanye Pride PAAP ini, para nelayan kecil menjadi jawaban dari tantangan saat ini melalui kapasitas pengorganisasian kelompok, pemahaman konservasi dan pengelolaan perikanan sehingga senantiasa patuh pada peruntukan zonasi di dalam setiap kawasan konservasi dan pada saat yang sama mampu mengelola akses area perikanan secara bertanggung jawab”, tambah Taufiq Alimi, Vice President Rare Indonesia.