Ditulis oleh : Ridhuan Habibie
TRIBUNNERS - Erupsi yang terjadi di Gunung Kelud tahun 2014 lalu mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi petani cabe akibat lahan pertanian mereka hancur oleh debu vulkanik dan gagal panen.
Petani cabe di lereng Kelud, tepatnya di Dusun Laharpang dan Dusun Sukomoro, Desa Puncu, Kediri Jawa Timur adalah salah satu diantara ribuan petani yang lahannya luluh lantak diterjang abu panas, apalagi letak dusun mereka yang paling terdekat dengan pusat letusan.
Melalui program emergency komprehensif FORMULA (Food, Religion, Medic, Livelihood Aid), Al Peduli Ummat terus melakukan aksi pendampingan dari pasca bencana hingga saat ini.
Karena bencana alam adalah pemicu kemiskinan tercepat, melalui program sinergis ‘Recovery Indonesia’ yang meliputi Recovery Economy Al Azhar Peduli Ummat, memberikan program penguatan akses modal dan pendampingan bagi ratusan petani di Dusun Laharpang, dan Dusun Sukomoro.
Hasilnya, kini para petani di dua dusun tersebut memiliki kebun cabai seluas 100 ha dan akan segera dipanen.
Menurut Ust Dhabit Dasamas (Da’i Sahabat Masyarakat), yang ditempatkan disana panen kali ini akan menghasilkan 20 ton cabai dalam sekali petik.
Ia melanjutkan dalam masa panen ada 40 kali pemetikan.
“Insya Allah selama musim panen ini akan menghasilkan 800 ton cabai,” katanya.
Melihat tanaman cabe yang subur dan hasil panen yang melimpah para petani terlihat bahagia, mengingat harga cabe yang kini sedang melambung.
Nur Yakin petani sekaligus anggota KSM Lamor Kelud berujar, "Erupsi Kelud memang bencana fenomenal, tapi Allah sudah berjanji bahwa disetiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dan inilah hikmah dari erupsi Kelud yang cenderung menyuburkan tanah. Hasil panen musim ini pun beranjak maksimal."